Alloh menyebutkan di dalam Al Quran bahwa kedudukan ilmu itu ada dua :
terpuji yaitu ilmu yang bermanfaat
tercela yaitu ilmu yang tidak bermanfaat.
Adapun yang terpuji tersebut dalam surat Ali Imron : 13, Fatir : 28, Al Baqoroh:32, Al Kahfi: 66. Sedangkan yang tercela terdapat dalam surat Al Baqoroh :102, Gofir : 83, Ar Rum:7. Adapun dari sunnah (hadist) membagi ilmu itu ada yang bermanfaat dan tidak bermanfaat, dan berlindung dari ilmu yang tidak bermanfaat dan memohon ilmu yang bermanfaat.
Dari Zaid bin Arqom bahwasanya Rosululloh berdoa : Ya Alloh sesungguhnya aku berlindung kepadamu dari ilmu yang tidak bermanfaat, hati yang tidak khusuk, jiwa yang tidak puas, doa yang tidak dikabulkan (HR. Muslim 2722).
Dikeluarkan oleh ahlus Sunan diantaranya berbunyi : (( Aku berlindung kepada-Mu dari empat perkara )).
Tanda-tanda ilmu nafi’ (ilmu yang bermanfaat), cobalah bertanya pada diri sendiri adakah tanda-tanda berikut ini : 1) mampu mengamalkannya, 2) benci mentazkiyah diri sendiri, pujian, sombong kepada makhluk, 3) semakin tambah ilmu semakin tawadu’ (rendah hati), 4) menghindar dari ambisi kepemimpinan, popularitas, dan dunia, 5) menjauhi dakwaan sebagai orang yang berilmu, 6) selalu berburuk sangka terhadap diri sendiri (su’udzon) dan berbaik sangka (chusnudzon) terhadap orang lain untuk membersihkan diri agar tidak terjerumus mencela orang lain (dinukil dengan ringkas dari Fadlu Ilmi salaf Alal kholaf Ibnu Rojab Al Hambali, dita’lik dan tahkik Syaikh Ali Hasan bin Ali Abdul Hamid Al Atsari 55-57).
Hal-hal yang merusak perangai tersebut di atas adalah : 1) suka menyebarkan aib saudaranya ( gibah ), 2) menukil perkataan dari seseorang kepada orang lain (qila wa qol), 3) berlebih-lebihan dalam canda dan tawa, 4) Ikut campur pembicaraan orang lain, 5) iri hati, 6) dengki, 7) su’udzon, 8) bermajlis dengan ahlul ahwa wal bida’, 9) berjalan menuju tempat-tempat yang diharamkan.
a) Keutamaan Ilmu
Dalil-dalil Al Quran tentang Keutamaan Ilmu dan Ulama diantaranya : 1) Al Mujadalah : 11, 2) Az Zumar : 9.
Dalil-dalil Hadist :
1) Barang siapa yang Alloh kehendaki kebaikkan maka Alloh akan memberi kepahaman dalam agama (HR. Buchori (1/164), Muslim (13/67) Al Imaroh, At Tirmidzi (10/114) dari Ibnu Abas, At Tirmidzi berkata hadist hasan shohih.
2) Barang siapa menempuh jalan dalam rangka menuntut ilmu maka Alloh mudahkan untuknya jalan menuju surga (HR. Muslim).
b) Definisi Ilmu
Ilmu adalah perkara yang tegak di atasnya dalil, sedang yang dimaksud dengan dalil adalah ilmu Al Quran dan sunnah menurut pemahaman pendahulu ummat ini (salafus sholih).
Berkata Al Imam Al Auzai’ ,” Ilmu adalah yang datang dari para sahabat Rosululloh, maka yang selain dari mereka itu bukan ilmu,” (dikeluarkan Ibnu Abdil Bar 2/29).
c) Belajar adab sebelum belajar ilmu
Berkata Al Imam Atsauri ,” Mereka (kaum salaf) tidak mengeluarkan putra-putranya untuk menuntut ilmu hingga mereka belajar adab dan ibadah selama 20 tahun (hilyatul auliya’ oleh Ibnu Nu’aim Al- Asbahani 6/361).
Berkata Abdulloh ibnu Bar (mengisahkan dirinya), ”Aku mempelajari adab selama 30 tahun dan aku mempelajari ilmu selama 20 tahun, mereka mempelajari adab kemudian ilmu”, (Ghoyatu An Nihayah Fi Tobaqot Al Qurro’ oleh ibnu Al Jauzi 1/446). Beliau juga berkata, ”Hampir-hampir adab itu menjadi sepertiga ilmu,” (Sifatus Soffah Ibnu Al Jauzi 4/120).
Dengan sanadnya sampai kepada Ibrohim bin Hubaib bin Syahid, ia bercerita bahwa ayahku menasihati diriku,”Wahai anakku datangilah fuqoha’ dan ulama’ belajarlah kepada mereka dan ambillah adab, akhlaq, dan petunjuk dari mereka. Sesungguhnya hal itu lebih aku sukai untukmu daripada banyak hadist,” (Al Jami’ Li Akhlaqir rowi wa Adabi As sami’ 1/80).
d) Hubungan antara Aqidah dan Akhlaq
Hubungan antara aqidah dan akhlaq sangat erat dan tidak bisa dipisahkan karena akhlaq (beradab) adalah buah dari aqidah yang lurus, sebaliknya bila tidak berakhlaq (beradab) berarti aqidah dan manhajnya perlu dipertanyakan. Hal ini terdapat beberapa dalil yang mengindikasikan perkara tersebut, di antaranya :
1. Bersabda Rosululloh ,”Barang siapa beriman kepada Alloh dan hari akhir hendaknya ia berkata yang baik atau diam, dan barang siapa beriman kepada Alloh dan hari akhir hendaknya ia memulyakan tetangganya, dan barang siapa beriman kepada Alloh dan hari akhir hendaknya ia memulyakan tamunya.” (Buchori 6018, Muslim 47).Dan pada sebagian lafaz (Jangan menyakiti tetangga).
2. Bersabda Rosululloh ,”Tidaklah beriman salah seorang dari kalian sehingga ia mencintai untuk saudaranya sesuatu yang ia cintai untuk dirinya.” (Buchori 13, Muslim 45). Lafaz muslim dari hadist Qotadah dari Anas ,“…. sehingga ia mencintai untuk tetangganya atau untuk saudaranya”.
3. Bersabda Rosululloh,” Barang siapa ingin diselamatkan dari neraka dan dimasukkan ke surga maka hendaknya ketika ajal menemuinya dalam keadaan : 1) beriman kepada Alloh dan hari akhir, 2) hendaknya ia memberi kepada orang lain apa yang ia suka untuk diberikan kepadanya (Muslim 1844).
Ibnu Taimiyah membuat fasal khusus yang menunjukkan kaitan yang erat antara aqidah dan akhlaq di dalam kitabnya Aqidah Wasitiyah (fasal : Fi Bayan Mukamilati Al Aqidah, Min Makarimil Akhlaqi wa Mahasinil A’mali Al lati yatahalla biha Ahlus sunnah wal jama’ah di pembahasan akhir pokok-pokok aqidah ahlus sunnah).
Berkata Syaikh Salim Al Hilali, ”Aku tidak lupa bahwa pencari ilmu hendaknya berhias (beradab) dengan adab-adab dan akhlaq penuntut ilmu, karena tidak ada pemisahan antara akhlaq dan ilmu dalam manhaj salaf.
Adalah akhlaq pada kehidupan salaf yang awal (semoga Alloh meridloi mereka semuanya) adalah merupakan suatu bagian yang tidak terpisahkan dari aqidah mereka, dan juga bagian yang tidak terpisah dari manhaj mereka (kata sambutan pembukaan Dauroh Syar’iyah III 1423 H/2003).
e) Ilmu adalah Ibadah
Lihat firman Alloh : 1) Surat Al Asr, 2) Surat Al Hijr : 99.
Berkata sebagian ulama’ salaf, ”Ilmu adalah sholat rahasia dan ibadah hati”.
Syarat ibadah : 1) mahabbatulloh dengan mewujudkan pemurnian niat karena Alloh semata (lihat suratAl Bayyinah: 5) , 2) setelah mahabbatulloh (mencintai Alloh) mahabbatur rosul dengan mewujudkan pemurnian mutaba’ah sesuai dengan sunnahnya yang ma’sum. Sifat ini adalah sifat yang mencakup dua kebaikan sekaligus yaitu kebaikan dunia dan kebaikan akhirat. Lihat surat Ali Imron :31.
f) Adab-adab Penuntut Ilmu terhadap Ilmu
1. Meluruskan niat.
2. Melazimi diri selalu takut kepada Alloh
3. Ilmu diiringi dengan amal.
4. Menghidupkan sunnah.
5. Berhias dengan kelemah lembutan.
6. Selalu bersemangat dalam menuntut ilmu
7. Zuhud dan qona’ah
Keutamaan Ilmu dan Ulama
Muhammad misbakhuddin | 19.30 | | 0 komentar
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar