Pada hari-hari pertama pernikahan kami, suami bertanya, “Ke mana saja uangmu selama ini?” Pertanyaan itu sungguh menggedor dadaku. Ya, ke mana saja uangku selama ini? Buku tabunganku tak pernah berisi angka belasan hingga puluhan juta. Selalu hanya satu digit. Itu pun biasanya selalu habis lagi untuk kepentingan yang agak besar seperti untuk bayar kuliah (ketika aku kuliah) dan untuk kepentingan keluarga besarku di kampung. Padahal, kalau dihitung-hitung, gajiku tidaklah terlalu kecil-kecil amat. Belum lagi pendapatan lain-lain yang kudapat sebagai penulis, instruktur pelatihan menulis, pembicara di berbagai acara, guru privat, honor anggota tim audit ataupun tim studi. Lalu, ke mana saja uangku selama ini? Kepada suamiku, waktu itu aku membeberkan bahwa biaya operasional untuk keaktifanku cukup besar. Ongkos jalan, pulsa telepon, nombok biaya kegiatan, makan dan traktiran. Intinya, aku mencari apologi atas aliran uangku yang tidak jelas.
Namun diam-diam aku malu padanya. Sesaat sebelum pernikahan kami, dia berkata, “Gajiku jauh di bawah gajimu...”. Kata-kata suamiku -ketika masih calon- itu membuatku terperangah. “Yang benar saja?” sambutku heran. Dengan panjang kali lebar kemudian dia menjelaskan kondisi perusahaan plat merah tempatnya bekerja serta bagaimana tingkat numerasinya. Yang membuatku lebih malu lagi adalah karena dengan gajinya yang kecil itu, setelah empat tahun hidup di Jakarta, ia telah mampu membeli sebuah sepeda motor baru dan sebuah rumah –walaupun bertipe RSS- di dalam kota Jakarta. Padahal, ia tidak memiliki sumber penghasilan lain, dan dikantornya dikenal sebagai seorang yang bersih, bahkan “tak kenal kompromi untuk urusan uang tak jelas.” Fakta bahwa gajinya kecil membuatku tahu bahwa suamiku adalah seorang yang hemat dan pandai mengatur penghasilan. Sedang aku?
***
Hari-hari pertama kami pindahan.
Aku menata baju-baju kami di lemari. “Mana lagi baju, Mas?” tanyaku pada suami yang tengah berbenah. “Udah, itu aja!” Aku mengernyit. “Itu aja? Katanya kemarin baju Mas banyak?” tanyaku lebih lanjut. “Iya, banyak kan?” tegasnya lagi tanpa menoleh. Aku kemudian menghitung dengan suara keras. Tiga kemeja lengan pendek, satu baju koko, satu celana panjang baru, tiga pasang baju seragam. Itu untuk baju yang dipakai keluar rumah. Sedang untuk baju rumah, tiga potong kaos oblong dengan gambar sablon sebuah pesantren, dua celana pendek sedengkul dan tiga pasang pakaian dalam. Ketika kuletakkan dalam lemari, semua itu tak sampai memenuhi satu sisi pintu sebuah lemari. Namun dua lemari besar itu penuh. Itu artinya pakaianku lebih dari tiga kali lipat lebih banyak dibanding jumlah baju suamiku. Kata orang, kaum wanita biasanya memang memiliki baju lebih banyak dibanding kaum laki-laki. Tapi isi lemari baju itu memberikan jawaban atas banyak hal padaku. Terutama, pertanyaannya di hari-hari pertama pernikahan kami tentang ke mana saja uangku. Isi lemari itu memberi petunjuk bahwa selain untuk keluarga dan organisasi, ternyata aku menghabiskan cukup banyak uang untuk belanja pakaian. Oo!
Pekan-pekan pertama aku hidup bersamanya.
Aku mencoba mencatat semua pengeluaran kami. Dan aku sudah mulai memasak untuk makan sehari-hari. Cukup pusing memang. Apalagi jika melihat harga-harga yang terus melonjak. Tapi coba lihat...! Untuk makan seminggu, pengeluaran belanjaku tak pernah lebih dari seratus ribu. Padahal menu makanan kami tidaklah terlalu sederhana: dalam seminggu selalu terselip ikan, daging atau ayam meski tidak tiap hari. Buah–makanan -kesukaanku- dan susu –minuman favorit suamiku- selalu tersedia di kulkas. Itu artinya, dalam sebulan kami berdua hanya menghabiskan kurang dari lima ratus ribu untuk makan dan belanja bulanan. Aku jadi berhitung, berapa besar uang yang kuhabiskan untuk makan ketika melajang? Aku tak ingat, karena dulu aku tak pernah mencatat pengeluaranku dan aku tidak memasak. Tapi yang pasti, makan siang dan malamku rata-rata seharga sepuluh hingga belasan ribu. Belum lagi jika aku jalan-jalan atau makan di luar bersama teman. Bisa dipastikan puluhan ribu melayang. Itu artinya, dulu aku menghabiskan lebih dari 500ribu sebulan hanya untuk makan? Ups!
Baru sebulan menikah.
“De, kulihat pembelian pulsamu cukup banyak? Bisa lebih diatur lagi?”
“Mas, untuk pulsa, sepertinya aku tidak bisa menekan. Karena itu adalah saranaku mengerjakan amanah di organisasi.” Si mas pun mengangguk. Tapi ternyata, kuhitung dalam sebulan ini, pengeluaran pulsaku hanya 300 ribu, itu pun sudah termasuk pulsa untuk hp si Mas, lumayan berkurang dibanding dulu yang nyaris selalu di atas 500 ribu rupiah.
Masih bulan awal perkawinan kami.
Seminggu pertama, aku diantar jemput untuk berangkat ke kantor. Tapi berikutnya, untuk berangkat aku nebeng motor suamiku hingga ke jalan raya dan meneruskan perjalanan dengan angkutan umum sekali jalan. Dua ribu rupiah saja. Pulangnya, aku naik angkutan umum. Dua kali, masing-masing dua ribu rupiah. Sebelum menikah, tempat tinggalku hanya berjarak tiga kiloan dari kantor. Bisa ditempuh dengan sekali naik angkot plus jalan kaki lima belas menit. Ongkosnya dua ribu rupiah saja sekali jalan. Tapi dulu aku malas jalan kaki. Kuingat-ingat, karena waktu mepet, aku sering naik bajaj. Sekali naik enam ribu rupiah. Kadang-kadang aku naik dua kali angkot, tujuh ribu rupiah pulang pergi. Hei, besar juga ya ternyata ongkos jalanku dulu? Belum lagi jika hari Sabtu Ahad. Kegiatanku yang banyak membuat pengeluaran ongkos dan makan Sabtu Ahadku berlipat.
Belum lagi tiga bulan menikah.
“Ke ITC, yuk, Mas?” Kataku suatu hari. Sejak menikah, rasanya aku belum lagi menginjak ITC, mall, dan sejenisnya. Paling pasar tradisional. “Oke, tapi buat daftar belanja, ya?” kata Masku. Aku mengangguk. Di ITC, aku melihat ke sana ke mari. Dan tiap kali melihat yang menarik, aku berhenti. Tapi si Mas selalu langsung menarik tanganku dan berkata,”Kita selesaikan yang ada dalam daftar dulu?” Aku mengangguk malu. Dan aku kembali teringat, dulu nyaris setiap ada kesempatan atau pas lewat, aku mampir ke ITC, mall dan sejenisnya. Sekalipun tanpa rencana, pasti ada sesuatu yang kubeli. Berapa ya dulu kuhabiskan untuk belanja tak terduga itu?
Masih tiga bulan pernikahan “Kita beli oleh-oleh sebentar ya, untuk Bude?” Masku meminggirkan motor. Kios-kios buah berjejer di pinggir jalan. Kami dalam perjalanan silaturahmi ke rumah salah satu kerabat. Dan membawakan oleh-oleh adalah bagian dari tradisi itu.
“Sekalian, Mas. Ambil uang ke ATM itu...” Aku ingat, tadi pagi seorang tetangga ke rumah untuk meminjam uang. Ini adalah kesekian kali, ada tetangga meminjam kepada kami dengan berbagai alasan. Dan selama masih ada si Mas selalu mengizinkanku untuk memberi pinzaman(meski tidak langsung saat itu juga). Semua itu membuatku tahu, meskipun hemat, si Mas tidaklah pelit. Bersikaplah pertengahan, begitu katanya. Jangan menghambur-hamburkan uang untuk sesuatu yang tidak jelas, tapi jangan lantas menjadi pelit!
***
Semester pertama pernikahan.
Mengkilat. Elegan. Kokoh. Masih baru. Gress. Begitu sedap dipandang mata. Benda itu, sudah sekian lama kuinginkan. Sebuah laptop baru kelas menengah (meski masih termasuk kategori low end). Namun selama ini, setiap kali melihatnya di pameran atau di toko-toko komputer, aku hanya bisa memandanginya dan bermimpi. Tak pernah berani merencanakan, mengingat duitku yang tak pernah cukup. Tapi rasanya, dalam waktu dekat benda di etalase itu akan kumiliki. Rasanya sungguh indah, memiliki sebuah benda berharga yang kubeli dengan uangku sendiri, uang yang kukumpulkan dari gajiku.
Sejak menikah, aku tak pernah lagi membeli baju untuk diriku sendiri. Pakaian dan jilbabku masih dapat di-rolling untuk sebulan. Sejak menikah, aku memilih membawa makan siang dari rumah ke kantor. Aku juga jarang ke mall lagi. Dan kini, setiap kali akan membeli sesuatu, aku selalu bertanya: perlukah aku membeli barang itu? Indahnya, aku menikmati semua itu. Dan kini, aku bisa menggunakan tabunganku untuk sesuatu yang lebih berharga dan tentu saja bermanfaat bagi aktifitasku saat ini, lingkunganku dan masa depanku nanti.
Aku bersyukur kepada Allah. Semua ini, bisa dikatakan sebagai berkah pernikahan. Bukan berkah yang datang tiba-tiba begitu saja dari langit. Tapi berkah yang dikaruniakan Allah melalui pelajaran berhemat yang dicontohkan oleh suamiku. Rabb, terima kasih atas berkahMu...
Kisah Menjadi Kaya karena Menikah
Muhammad misbakhuddin | 21.34 | love's | 1 komentar
Ainul Mardiyah
Muhammad misbakhuddin | 21.31 | love's | 0 komentar
Bidadari merupakan salah satu anugerah Allah kepada seorang lelaki yang
memasuki syurga. Bagi seorang wanita yang solehah maka bidadari bagi
suaminya adalah dikalangan bidadari2 kurniaan Allah dan dia (isteri
solehah merupakan ketua akan segala bidadari-bidadari tsb). Berjihad pada
agama Allah merupakan satu amalan yang menjadi kesukaan Allah swt dan ini
merupakan sunnah besar nabi SAW dan kalangan sahabat-sahabat. Setiap
manusia yang mati wlaupun berapa umurnya maka akan ditanya dimanakah masa
mudanya dihabiskan.
Kisah......:
Ainul Mardhiah merupakan seorang bidadari yang paling cantik dikalangan
bidadari-bidadari yang lain (nama puteri bongsu saya - bermaksud mata yang
di redhai). Suatu pagi (dalam bulan puasa) ketika nabi memberi targhib
(berita-berita semangat di kalangan sahabat untuk berjihad pada agama
Allah) katanya siapa-siapa yang keluar di jalan Allah tiba-tiba ia
shahid,maka dia akan dianugerahkan seorang bidadari yang paling cantik
dikalangan bidadari2 syurga. Mendengar berita itu seorang sahabat yang
usianya sangat muda teringin sangat nak tahu bagaimana cantiknya bidadari
tersebut.... tetapi dia malu nak bertanyakan kepada nabi kerana malu pada
sahabat-sahabat yang lain. Namun dia tetap beri nama sebagai salah sorang
yang akan keluar/pergi. Sebelum Zohor sunnah nabi akan tidur sebentar
(dipanggil khailulah, maka sahabat yang muda tadi juga turut bersama jemaah
tadi... tidur bersama-sama....
Dalam tidur tersebut dia bermimpi berada di satu tempat yang sngguh
indah,dia bertemu dengan seorang yang berpakaian yang bersih lagi cantik
dan muka yang berseri2 lalu ditanyanya dimanakah dia... lalu lelaki itu
menjawab inilah syurga. Lalu dia menyatakan hasrat untuk berjumpa dengan
'Ainul Mardhiah... lalu ditunjuknya di suatu arah maka berjalan dia... di
suatu pepohon beliau mendapati ada seorang wanita yang tak pernah dia lihat
kecantikan begitu... takpernah dilihat didunia ini... lalu diberi salam dan
dia bertanya andakah ainul mardhiah... wanita itu menjawab ehh tidakk...
saya khadamnya ainul mardhiah ada di dalam singgahsana sana.
Lalu dia berjalan dan memasuki satu mahligai yang cukup indah dan mendapati
ada seorang lagi wanita yang kecantikannya berganda-ganda dari yang pertama
tadi sedang mengelap permata-mata perhiasan di dalam mahligai.... lalu
diberi salam dan di tanya lagi adakah dia ainul mardiah lalu wanita itu
menjawab... eh tidakkk saya hanya khadamnya di dalam mahligai ini... ainul
mardiah ada di atas mahligai sana,..... lalu dinaikinya anak-anak tangga
mahligai permata itu kecantikkannya sungguh mengkagumkan... lalu dia sampai
ke satu mahligai dan mendapati
seorang wanita yang berganda-ganda cantik dari yag pertama dan
berganda-ganda cantiknya dari yang kedua.... dan tak pernah dia lihat di
dunia.... lalu wanita itu berkata ... akulah ainul mardhiah, aku diciptakan
untuk kamu dan kamu diciptakan untk aku.... bila lelaki itu mendekatinya
wanita itu menjawab... nantiii kamu belum syahid lagiiii......
Tersentak itu pemuda itu pun terjaga dari tidurnya lalu dia menceritakan
segala-galanya kepada satu sahabat lain, namun begitu dia memesan agar
jangan menceritakan cerita ini kepada nabi SAW... tapi sekiranya dia shahid
barulah ceritakan kepada nabi.
Petang itu pemuda itu bersama-sama dengan jemaah yang terdapat Nabi
didalamnya telah keluar berperang lalu ditakdirkan pemuda tadi telah shahid.
Petang tersebut ketika semua jemaah telah pulang ke masjid, di waktu hendak
berbuka puasa maka mereka telah menunggu makanan untuk berbuka (tunggu
makanan adalah satu sunnah nabi). Maka kawan sahabat yang shahid
tadi telah bangun dan merapati nabi SAW dan menceritakan perihal sahabat
nabi yang sahaid tadi... dalam menceritakan itu nabi menjawab
benar...benar... benar... dalam sepanjang cerita tersebut. Akhirnya nabi
SAW berkata memang benar cerita sahabat kamu tadi dan sekarang ini dia
sedang
menunggu untuk berbuka puasa di syurga....subhanallah...
Kesimpulan cerita ini....
Tiada rehat atau terputusnya kehidupan selepas hidup di dunia.... selepas
seseorang mati maka kehidupanya terus
bersambung dengan kehidupan barzakh, akhirat etc.... Kehidupan akhirat
adalah satu perjalanan yang cukup jauh dan cepat untuk tiba.... kalaulah
suatu perjalanan kita dari Malaysia ke Amerika yang mana kehidupan di sana
menjanjikan kehidupan yang lebih baik maka sudah pastilah bekalan yang
banyak telah kita buat.... jual tanah, jual lembu kerbau, jual kereta untuk
membuat bekalan ke sana kerana kehidupan disana akan menjaminkan
kebahagiaan dan segala yang tergadai ini dapat kita kecapi semua.... maka
apatah lagi kehidupan akhirat lebih-lebih perjalanannya nun jauh di sana
dan tiada sebarang perjanjian untuk hidup bahagia melainkan bekalan taqwa
dan iman yang sempurna serta amal yang soleh... semoga kita semua dapat
amal dan sampaikan....
Sudahkah anda menunaikan SOLAT ?
Dari Abdullah bin 'Amr r.a., Rasulullah s.a.w. bersabda, "Sampaikanlah
pesanku biarpun satu ayat..."
Keutamaan Ilmu dan Ulama
Muhammad misbakhuddin | 19.30 | | 0 komentar
Alloh menyebutkan di dalam Al Quran bahwa kedudukan ilmu itu ada dua :
terpuji yaitu ilmu yang bermanfaat
tercela yaitu ilmu yang tidak bermanfaat.
Adapun yang terpuji tersebut dalam surat Ali Imron : 13, Fatir : 28, Al Baqoroh:32, Al Kahfi: 66. Sedangkan yang tercela terdapat dalam surat Al Baqoroh :102, Gofir : 83, Ar Rum:7. Adapun dari sunnah (hadist) membagi ilmu itu ada yang bermanfaat dan tidak bermanfaat, dan berlindung dari ilmu yang tidak bermanfaat dan memohon ilmu yang bermanfaat.
Dari Zaid bin Arqom bahwasanya Rosululloh berdoa : Ya Alloh sesungguhnya aku berlindung kepadamu dari ilmu yang tidak bermanfaat, hati yang tidak khusuk, jiwa yang tidak puas, doa yang tidak dikabulkan (HR. Muslim 2722).
Dikeluarkan oleh ahlus Sunan diantaranya berbunyi : (( Aku berlindung kepada-Mu dari empat perkara )).
Tanda-tanda ilmu nafi’ (ilmu yang bermanfaat), cobalah bertanya pada diri sendiri adakah tanda-tanda berikut ini : 1) mampu mengamalkannya, 2) benci mentazkiyah diri sendiri, pujian, sombong kepada makhluk, 3) semakin tambah ilmu semakin tawadu’ (rendah hati), 4) menghindar dari ambisi kepemimpinan, popularitas, dan dunia, 5) menjauhi dakwaan sebagai orang yang berilmu, 6) selalu berburuk sangka terhadap diri sendiri (su’udzon) dan berbaik sangka (chusnudzon) terhadap orang lain untuk membersihkan diri agar tidak terjerumus mencela orang lain (dinukil dengan ringkas dari Fadlu Ilmi salaf Alal kholaf Ibnu Rojab Al Hambali, dita’lik dan tahkik Syaikh Ali Hasan bin Ali Abdul Hamid Al Atsari 55-57).
Hal-hal yang merusak perangai tersebut di atas adalah : 1) suka menyebarkan aib saudaranya ( gibah ), 2) menukil perkataan dari seseorang kepada orang lain (qila wa qol), 3) berlebih-lebihan dalam canda dan tawa, 4) Ikut campur pembicaraan orang lain, 5) iri hati, 6) dengki, 7) su’udzon, 8) bermajlis dengan ahlul ahwa wal bida’, 9) berjalan menuju tempat-tempat yang diharamkan.
a) Keutamaan Ilmu
Dalil-dalil Al Quran tentang Keutamaan Ilmu dan Ulama diantaranya : 1) Al Mujadalah : 11, 2) Az Zumar : 9.
Dalil-dalil Hadist :
1) Barang siapa yang Alloh kehendaki kebaikkan maka Alloh akan memberi kepahaman dalam agama (HR. Buchori (1/164), Muslim (13/67) Al Imaroh, At Tirmidzi (10/114) dari Ibnu Abas, At Tirmidzi berkata hadist hasan shohih.
2) Barang siapa menempuh jalan dalam rangka menuntut ilmu maka Alloh mudahkan untuknya jalan menuju surga (HR. Muslim).
b) Definisi Ilmu
Ilmu adalah perkara yang tegak di atasnya dalil, sedang yang dimaksud dengan dalil adalah ilmu Al Quran dan sunnah menurut pemahaman pendahulu ummat ini (salafus sholih).
Berkata Al Imam Al Auzai’ ,” Ilmu adalah yang datang dari para sahabat Rosululloh, maka yang selain dari mereka itu bukan ilmu,” (dikeluarkan Ibnu Abdil Bar 2/29).
c) Belajar adab sebelum belajar ilmu
Berkata Al Imam Atsauri ,” Mereka (kaum salaf) tidak mengeluarkan putra-putranya untuk menuntut ilmu hingga mereka belajar adab dan ibadah selama 20 tahun (hilyatul auliya’ oleh Ibnu Nu’aim Al- Asbahani 6/361).
Berkata Abdulloh ibnu Bar (mengisahkan dirinya), ”Aku mempelajari adab selama 30 tahun dan aku mempelajari ilmu selama 20 tahun, mereka mempelajari adab kemudian ilmu”, (Ghoyatu An Nihayah Fi Tobaqot Al Qurro’ oleh ibnu Al Jauzi 1/446). Beliau juga berkata, ”Hampir-hampir adab itu menjadi sepertiga ilmu,” (Sifatus Soffah Ibnu Al Jauzi 4/120).
Dengan sanadnya sampai kepada Ibrohim bin Hubaib bin Syahid, ia bercerita bahwa ayahku menasihati diriku,”Wahai anakku datangilah fuqoha’ dan ulama’ belajarlah kepada mereka dan ambillah adab, akhlaq, dan petunjuk dari mereka. Sesungguhnya hal itu lebih aku sukai untukmu daripada banyak hadist,” (Al Jami’ Li Akhlaqir rowi wa Adabi As sami’ 1/80).
d) Hubungan antara Aqidah dan Akhlaq
Hubungan antara aqidah dan akhlaq sangat erat dan tidak bisa dipisahkan karena akhlaq (beradab) adalah buah dari aqidah yang lurus, sebaliknya bila tidak berakhlaq (beradab) berarti aqidah dan manhajnya perlu dipertanyakan. Hal ini terdapat beberapa dalil yang mengindikasikan perkara tersebut, di antaranya :
1. Bersabda Rosululloh ,”Barang siapa beriman kepada Alloh dan hari akhir hendaknya ia berkata yang baik atau diam, dan barang siapa beriman kepada Alloh dan hari akhir hendaknya ia memulyakan tetangganya, dan barang siapa beriman kepada Alloh dan hari akhir hendaknya ia memulyakan tamunya.” (Buchori 6018, Muslim 47).Dan pada sebagian lafaz (Jangan menyakiti tetangga).
2. Bersabda Rosululloh ,”Tidaklah beriman salah seorang dari kalian sehingga ia mencintai untuk saudaranya sesuatu yang ia cintai untuk dirinya.” (Buchori 13, Muslim 45). Lafaz muslim dari hadist Qotadah dari Anas ,“…. sehingga ia mencintai untuk tetangganya atau untuk saudaranya”.
3. Bersabda Rosululloh,” Barang siapa ingin diselamatkan dari neraka dan dimasukkan ke surga maka hendaknya ketika ajal menemuinya dalam keadaan : 1) beriman kepada Alloh dan hari akhir, 2) hendaknya ia memberi kepada orang lain apa yang ia suka untuk diberikan kepadanya (Muslim 1844).
Ibnu Taimiyah membuat fasal khusus yang menunjukkan kaitan yang erat antara aqidah dan akhlaq di dalam kitabnya Aqidah Wasitiyah (fasal : Fi Bayan Mukamilati Al Aqidah, Min Makarimil Akhlaqi wa Mahasinil A’mali Al lati yatahalla biha Ahlus sunnah wal jama’ah di pembahasan akhir pokok-pokok aqidah ahlus sunnah).
Berkata Syaikh Salim Al Hilali, ”Aku tidak lupa bahwa pencari ilmu hendaknya berhias (beradab) dengan adab-adab dan akhlaq penuntut ilmu, karena tidak ada pemisahan antara akhlaq dan ilmu dalam manhaj salaf.
Adalah akhlaq pada kehidupan salaf yang awal (semoga Alloh meridloi mereka semuanya) adalah merupakan suatu bagian yang tidak terpisahkan dari aqidah mereka, dan juga bagian yang tidak terpisah dari manhaj mereka (kata sambutan pembukaan Dauroh Syar’iyah III 1423 H/2003).
e) Ilmu adalah Ibadah
Lihat firman Alloh : 1) Surat Al Asr, 2) Surat Al Hijr : 99.
Berkata sebagian ulama’ salaf, ”Ilmu adalah sholat rahasia dan ibadah hati”.
Syarat ibadah : 1) mahabbatulloh dengan mewujudkan pemurnian niat karena Alloh semata (lihat suratAl Bayyinah: 5) , 2) setelah mahabbatulloh (mencintai Alloh) mahabbatur rosul dengan mewujudkan pemurnian mutaba’ah sesuai dengan sunnahnya yang ma’sum. Sifat ini adalah sifat yang mencakup dua kebaikan sekaligus yaitu kebaikan dunia dan kebaikan akhirat. Lihat surat Ali Imron :31.
f) Adab-adab Penuntut Ilmu terhadap Ilmu
1. Meluruskan niat.
2. Melazimi diri selalu takut kepada Alloh
3. Ilmu diiringi dengan amal.
4. Menghidupkan sunnah.
5. Berhias dengan kelemah lembutan.
6. Selalu bersemangat dalam menuntut ilmu
7. Zuhud dan qona’ah
Tadabur Surat Al-Mu’minun ayat 1-11
Muhammad misbakhuddin | 19.27 | Al-Qur'an | 0 komentar
1. Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman,
2. (yaitu) orang-orang yang khusyu’ dalam sembahyangnya,
3. Dan orang-orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tiada berguna,
4. Dan orang-orang yang menunaikan zakat,
5. Dan orang-orang yang menjaga kemaluannya,
6. Kecuali terhadap isteri-isteri mereka atau budak yang mereka miliki[994]; Maka Sesungguhnya mereka dalam hal ini tiada terceIa.
7. Barangsiapa mencari yang di balik itu[995] Maka mereka Itulah orang-orang yang melampaui batas.
8. Dan orang-orang yang memelihara amanat-amanat (yang dipikulnya) dan janjinya.
9. Dan orang-orang yang memelihara sembahyangnya.
10. Mereka Itulah orang-orang yang akan mewarisi,
11. (yakni) yang akan mewarisi syurga Firdaus. mereka kekal di dalamnya.
[994] Maksudnya: budak-budak belian yang didapat dalam peperangan dengan orang kafir, bukan budak belian yang didapat di luar peperangan. dalam peperangan dengan orang-orang kafir itu, wanita-wanita yang ditawan biasanya dibagi-bagikan kepada kaum muslimin yang ikut dalam peperangan itu, dan kebiasan ini bukanlah suatu yang diwajibkan. imam boleh melarang kebiasaan ini. Maksudnya: budak-budak yang dimiliki yang suaminya tidak ikut tertawan bersama-samanya.
[995] Maksudnya: zina, homoseksual, dan sebagainya.
Ayat-ayat di atas menerangkan tentang sifat-sifat yang dimiliki orang beriman serta balasan yang akan diperolehnya. Yang dimaksud dengan beriman adalah beriman kepada rukun iman yang enam (lihat catatan hadits). Dalam ayat ini Allah menjelaskan bahwa sungguh beruntunglah orang-orang yang beriman. Karena walaupun mereka menurut perhitungan banyak mengerjakan amal kebajikan tetapi semua amalnya akan sia-sia saja di akhirat nanti, karena tidak berlandaskan iman kepada-Nya.
Adapun sifat-sifat orang yang beriman dalam ayat-ayat selanjutnya ialah:
1. Khusyu dalam shalat.Yang dimaksud khusyu di sini adalah:
• Mengerti bacaan-bacaan dalam sholat
• Memusatkan perhatian pada waktu shalat hanya kepada Allah serta dengan mengikhlaskan ketaatan.(QS.7:29)
• Ihsan dalam sholat (lihat catatan hadits)
• Tenang dan konsentrasi
2. Menjauhkan diri dari perbuatan dan perkataan tak berguna.
• Menjauhkan diri dari perkataan yang tidak berguna. Dari Abu Hurairah r.a. sesungguhnya Rasulullah saw telah bersabda : “Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari Akhir,hendaklah ia berkata yang baik atau diam.” (HR.Bukhari-Muslim)
• Menjauhkan diri dari perbuatan yang tidak berguna, yaitu dengan menjaga waktu dan umurnya agar jangan sia-sia. Dari Abu Hurairah r.a. telah berkata, “Telah bersabda Rasulullah saw : “Sebagian kebaikan keislaman seseorang ialah meninggalkan sesuatu yang tidak berguna baginya. “Yang harus selalu diingat manusia dalam hal ini ialah Allah mencatat seluruh perbuatan manusia di dunia (QS.45:29) dan setiap manusia akan bertanggung jawab terhadap apa yang telah diperbuatnya di dunia (QS.17:36). Dan bahwa kematian pasti akan menemui kita, waktunya tidak dapat dimajukan atau ditunda.(QS. 10:49)
3. Menunaikan zakat.
Dengan berzakat seorang mukmin:
• Membersihkan diri dari sifat kikir dan cinta yang berlebihan pada dunia (QS. 9:103) karena dunia ini
• hanyalah suatu permainan dan senda gurau (QS. 29:64) yang seringkali melalaikan manusia dari kehidupan yang kekal di akhirat nanti.(QS.35:5)
• Mensucikan hati sehingga tumbuh sifat-sifat kebaikan dalam hati.(QS.9:103)
4. Menjaga kemaluan dari perbuatan keji (zina).Zina termasuk dosa besar dan merupakan jalan yang buruk (QS. 17:32). Imam Ahmad berkata, “Saya tidak mengetahui setelah pembunuhan ada dosa besar daripada perzinaan.”
5. Menahan pandangan dan memelihara kemaluan (QS. 24:30-31).Barangsiapa yang berbuat di luar hal itu, Allah menyebutnya sebagai orang yang melampaui batas
.
6. Memelihara amanat dan menepati janji
Bila seseorang tidak memegang amanat dan menepati janji, dikhawatirkan ia termasuk orang-orang munafik,”Tanda-tanda orang munafik itu ada tiga, yaitu apabila berbicara dusta,apabila berjanji ingkar, dan apabila dipercaya khianat.”(HR.Syaikhani dari Abu Hurairah r.a.)
Orang-orang yang memelihara amanat dan janjinya akan dijanjikan Allah dengan balasan syurga.(QS. 70:32-
35)
9. Memelihara sholat
Sholat adalah kewajiban yang ditentukan waktunya atas orang yang beriman.(QS. 4:103) Selain itu diperintah untuk memelihara sekaligus menegakkan sholat banyak disebutkan dalam al-Qur’an di antaranya QS. 2:43,238; 22:41.
Sholat adalah pembeda antara muslim dan kafir.Telah bersabda Rasulullah saw,”Beda antara muslim dan musyrik atau kafir adalah meninggalkan sholat.” (HR.Muslim)
Balasan bagi orang beriman yang memilki sifat-sifat di atas adalah syurga Firdaus. Umar r.a. meriwayatkan sebuah hadits yang Rasulullah bersabda, “Telah diturunkan kepadaku sepuluh ayat, barangsiapa yang menegakkannya akan mesuk syurga, lalu ia membaca sepuluh ayat ini dari permulaan surat al-Mu’minun.”
Catatan hadits
Dari Umar ra. juga telah berkata, “Ketika kami duduk dekat Rasulullah saw pada suatu hari maka dengan tiba-tiba terlihat oleh kami seorang laki-laki yang memakai pakaian yang sangat putih, berambut sangat hitam, tidak tampak padanya tanda-tanda perjalanan dan tidak seorang pun di antara kami yang mengenalnya, lalu ia duduk di hadapan Nabi saw dan meletakkan tangannya di atas paha Nabi saw, kemudian ia berkata ‘Hai Muhammad, jelaskan padaku tentang Islam’. Maka jawab Rasulullah ….. Lalu dia bertanya kembali, ‘Tolong jelaskan padaku tentang iman”. Jawab Nabi, ‘Hendaklah engkau beriman kepada Allah, malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya,utusan-utusan-Nya, hari Kiamat dan hendaklah engkau beriman kepada qadar yang baik dan yang buruk’. Orang itu berkata, ‘Engkau benar’. Dia bertanya kembali, ‘Maka beritahukan kepadaku tentang ihsan’. Jawab Nabi saw, ‘Hendaklah engkau beribadah hanya kepada Allah seolah-olah engkau melihat-Nya sekalipun engkau tak dapat melihat-Nya maka sesungguhnya Ia melihat engkau’. Kemudian orang itu pergi Aku diam sejenak, kemudian Nabi saw berkata, ‘Wahai Umar, tahukah engkau siapa yang bertanya tadi?’ Jawabku,’Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui’. Kata Nabi saw,’Dia adalah Jibril as. yang datang kepadamu untu mengajar tentang agamamu.”
Menjaga Stamina Iman
Muhammad misbakhuddin | 19.25 | Tarbiyah menembus batas | 0 komentar
Langkah-langkah Membuat Iman Tetap Kokoh
Sangat penting untuk memahami apasaja yang bisa MELEMAHKAN iman. Sebaliknya sangat
penting juga untuk mengetahui strategi apa agar iman TETAP Kokoh.
1. Tadabur Al-Qur’an
Al-Qur’an dijamin dapat menjaga mengobati berbagai penyakit hati dengan syarat kita
tidak hanya membacanya tetapi juga ikhtiar memahaminya.
“Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al Qur’an ataukah hati mereka terkunci?”
[QS.Muhammad (47):24]
2. Memperbanyak doa dan dzikir
Doa adalah Permohonan manusia kepada Allah, sedangkan Dzikir adalah Pujian manusia kepada
Allah SWT. Melalui dua hal tersebut maka manusia akan selalu ingat kepada Allah, merasa dilihat
sehingga semua gerak hati dan amalan akan sesuai dengan perintah-Nya.
“Dan Tuhanmu berfirman: "Berdo'alah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu.
Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka
Jahannam dalam keadaan hina dina".[QS.Al Mu’min (40) :60]
“Hai orang-orang yang beriman, berzdikirlah (dengan menyebut nama) Allah, zikir yang sebanyakbanyaknya.
Dan bertasbihlah kepada-Nya diwaktu pagi dan petang.” [QS.Al-Ahzab (33):41-42]
3. Meninggalkan Kemusyrikan
Aqidah sangat penting dalam memegang erat ke-Islaman. Menduakan Allah swt, percaya ada yang
lebih hebat atau percaya ada yang lebih menentukan hidup selain dari Allah set adalah cirri-ciri
syirik.
Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya:
"Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah)
adalah benar-benar kezaliman yang besar.” [QS.Luqman (31):13]
“Sesungguhnya telah kafirlah orang-orang yang berkata: "Sesungguhnya Allah ialah Al Masih
putera Maryam", padahal Al Masih (sendiri) berkata: "Hai Bani Israil, sembahlah Allah Tuhanku dan
Tuhanmu". Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah
mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang
zalim itu seorang penolongpun.” [QS.Al Maidah (5):72]
4. Sering Menghadiri Majelis Ta’lim
Dengan selalu hadir di majlis taklim akan memberikan atmosfir kebaikan. Semangat untuk mencari
ilmu dan menerapkan dalam amalan. Dan juga tergabung dalam lingkungan/komuniti yang selalu
siap untuk saling menasehati dan saling memberikan motivasi serta jalan keluar. Nikmat bukan?
5. Menaburkan Kasih Sayang
Hati yang beriman akan selalu menebarkan kasih sayang kepada semua makhluk. Tetapi juga
sanggup berani untuk tegas kepada semua hal kemungkaran yang dilarang/dijauhi dari Allah swt
“Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras
terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka. Kamu lihat mereka ruku' dan
sujud mencari karunia Allah dan keridhaan-Nya, tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka
dari bekas sujud. Demikianlah sifat-sifat mereka dalam Taurat dan sifat-sifat mereka dalam Injil,
yaitu seperti tanaman yang mengeluarkan tunasnya maka tunas itu menjadikan tanaman itu kuat
lalu menjadi besarlah dia dan tegak lurus di atas pokoknya; tanaman itu menyenangkan hati
penanam-penanamnya karena Allah hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir (dengan
kekuatan orang-orang mu'min). Allah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan
mengerjakan amal yang saleh di antara mereka ampunan dan pahala yang besar.” [QS.Al Fat-h
(48):29]
6. Asahlah jiwa dengan amalan-amalan sunnah
Dalam sebuah hadist Qudsi disebutkan bahwa amalan-amalan sunnah akan memberikan berat
timbangan di akherat dan juga menjadikan semakin cintanya Allah kepada kita.
Dari Abu Hurairah, Nabi SAW bersabda, “Allah SWT berfirman : Barangsiapa memerangi wali
(kekasih)-Ku, maka Aku akan memeranginya. Hamba-Ku senantiasa mendekatkan diri
pada-Ku dengan amalan wajib yang Kucintai. Hamba-Ku senantiasa
mendekatkan diri pada-Ku dengan amalan-amalan sunnah sehingga Aku
mencintainya. Jika Aku telah mencintainya, maka Aku akan memberi petunjuk pada
pendengaran yang ia gunakan untuk mendengar, memberi petunjuk pada penglihatannya yang ia
gunakan untuk melihat, memberi petunjuk pada tangannya yang ia gunakan untuk memegang,
memberi petunjuk pada kakinya yang ia gunakan untuk berjalan. Jika ia memohon sesuatu kepada-
Ku, pasti Aku mengabulkannya dan jika ia memohon perlindungan, pasti Aku akan melindunginya.”
(HR. Bukhori)
Memaknai sebuah Tangisan
Muhammad misbakhuddin | 19.24 | Tarbiyah menembus batas | 0 komentar
semoga bermanfaat :)
Maha Besar Allah dengan segala penciptaannya. Manusia dicipta komplit dengan kemampuan
respon, sebagai perwujudan atas tanggapan dari apa yang diterima indera dikolaborasikan
dengan hati dan akal.
Tahukah anda? Menangis itu merupakan karunia dari Allah, jika anda ingin menangis maka
menangislah dan jika anda ingin tertawa maka tertawalah karena Allah yang menjadikan
manusia itu bisa menagis dan tertawa. Ini dijelaskan di Quran Surat An Najm ayat 43-45:
“dan bahwasanya Dialah yang menjadikan orang tertawa dan menangis, dan bahwasanya Dialah
yang mematikan dan menghidupkan, dan bahwasanya Dialah yang menciptakan berpasangpasangan
pria dan wanita.” (Q.S An Najm[53]: 43-45)
Allah memberikan karunia menangis dan tertawa, jika seseorang mengajak anda tertawa maka
andapun dapat tertawa tanpa delay atau jeda. Spontan akan ikut tertawa tanpa jeda.
Subhanallah..
Baik, perhatikan ayat diatas Allah berfirman tentang menangis dan tertawa diayat berikutnya
Allah berfirman tentang kehidupan dan kematian. Bisa jadi ketika anda lahir semua orang
tertawa bahagia dan ketika anda meninggal, orang-orang disekitar kita akan menangis.
Seseorang yang telah mengalami betapa beratnya hidup di dunia, seolah bisa tersenyum ketika
meninggal karena terlepas dari segala kepenatan dan ujian Allah SWT. Sebaliknya seseorang
yang menjadikan dunia sebagai tujuan akhir, akan merasa kaget dan menangis meninggalkan
gelimang nikmat di dunia dan menyesal melihat bekal di alam kubur lupa disiapkan.
Jadi kawan-kawan sekalian hidup kita itu hanya ada yaitu diwarnai dengan
kebahagiaan dan kesedihan, hanya hidup itu tidak seperti yang kita inginkan akan tetapi seperti
yang kita jalani.
Selain bahagia dan kesedihan, Allah juga menciptakan manusia yang berpasang-pasangan dan
berjodoh. Nah, bisa jadi sebuah pernikahan itu mendatangkan kebahagiaan atau kesedihan.
Untuk anda yang belum menikah, jangan berprasangka buruk kepada Allah bisa jadi Allah
sangat sayang kepada anda, karena bisa jadi jika menikah saat ini dapat memberikan keburukan atau kesulitan yang lebih untuk hidup anda.
Padahal perahu rumah tangga jika telah dinaiki dan berlayar, pasti akan mengalami ombak baik
yang kecil maupun dahsyat. Dan sebagai penumpang kapal wajib selalu focus dan mengarah
kepada tujuan akhir. Ayat diatas menjelaskan bahwa pasangan suami istri itu, akan diwarnai
dengan kebahagiaan dan tetesan air mata. Ada yang lebih banyak bahagianya dan lebih sedikt
sedihnya dan ada juga sebaliknya. Semua ibarat berposisi ketika roda yang berputar
Sobat dalam kehidupan manusia, akan terjadi berbagai macam tangisan, yakni :
1. Tangisan kebahagiaan
2. Tangisan kesedihan
3. Tangisan kerinduan
4. Tangisan penyesalan
5. Tangisan kemarahan
6. Tangisan keberkahan
Diantara tangisan-tangisan tersebut, ada beberapa tangisan yang istimewa dimana mampu
mendatangkan cinta Allah SWT, apakah itu :
1. Menangis karena khusyu
“Dan mereka menyungkur atas muka mereka sambil menangis dan mereka bertambah
khusyu'.” (Q.S Al Israa’[17]: 109)
“Mereka itu adalah orang-orang yang telah diberi nikmat oleh Allah, yaitu para nabi dari
keturunan Adam, dan dari orang-orang yang Kami angkat bersama Nuh, dan dari
keturunan Ibrahim dan Israil, dan dari orang-orang yang telah Kami beri petunjuk dan
telah Kami pilih. Apabila dibacakan ayat-ayat Allah Yang Maha Pemurah kepada mereka,
maka mereka menyungkur dengan bersujud dan menangis.” (Q.S Maryam[19]: 58)
“Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu
sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu', (yaitu) orang-orang yang
meyakini, bahwa mereka akan menemui Tuhannya, dan bahwa mereka akan kembali
kepada-Nya.” (Q.S Al Baqarah[2]: 45-46)
2. Menangis karena merenungkan firman-firman Allah
3. Menangis saat beribadah
Dari Mu’awiyah bin Haidah RA, ia berkata : Rasulullah SAW bersabda, “Ada tiga orang
yang mata mereka tidak akan melihat neraka, yaitu mata yang berjaga di jalan Allah,
mata yang menangis karena takut kepada Allah, dan mata yang terjaga dari melihat halhal
yang diharamkan oleh Allah”. [HR. Thabrani]
by Dr. Aam Amiruddin
pesan dalam Al-qur'an tentang tujuan hidup
Muhammad misbakhuddin | 19.21 | Al-Qur'an | 0 komentar
semoga bermanfaat...
of Pecinta AL-Qur'an
Rudi Hartoyo April 25 at 3:29am Reply
Dengan segala kerendahan hati
mari kita simak pesan-pesan dalam Al-qur'an
tentang tujuan hidup kita yang sebenarnya,
Coretan ini untuk kita semuanya...
Untuk mereka yang sudah memiliki arah...
Untuk mereka yang belum memiliki arah...
ataupun untuk mereka yang tidak memiliki arah. Coretan ini untuk kita semuanya.
Semua yang menginginkan kebaikan...
Ketahuilah, Nikah itu ibadah...
Ketahuilah, Nikah itu suci...
ingatlah itu...
Memang nikah itu bisa karena harta,
bisa karena kecantikan,
bisa karena keturunan
dan bisa juga karena agama.
Jangan engkau jadikan harta, keturunan maupun kecantikan sebagai alasan...
karena semua itu akan menyebabkan celaka.
Jadikan agama sebagai alasan...
Engkau akan mendapatkan kebahagiaan.
Tidak dipungkiri bahwa keluarga terbentuk karena cinta....
Namun......
jika cinta engkau jadikan sebagai landasan,
maka keluargamu akan rapuh,
akan mudah hancur.
Jadikanlah "ALLAH" sebagai landasan...
Niscaya engkau akan selamat,
Tidak saja dunia, tapi juga akherat...
Jadikanlah ridho Allah sebagai tujuan...
Niscaya mawaddah, sakinah dan rahmah akan tercapai.
Wahai Fulan,
Jangan engkau menginginkan menjadi raja dalam "istanamu"...
disambut istri ketika datang,
dan dilayani segala kebutuhan...
Jika ini kau lakukan, sekejap saja "istanamu" akan terguncang...
Lihatlah manusia ter-agung Muhammad saw...
tidak marah ketika harus tidur di depan pintu,
beralaskan sorban, hanya karena sang istri tercinta tak mendengar kedatangannya.
Tetap tersenyum meski tidak mendapatkan makanan tersaji dihadapannya ketika lapar...
Menjahit sendiri bajunya yang robek...
Wahai Fulanah,
Jangan engkau menginginkan menjadi ratu dalam "istanamu"...
Disayang, dimanja dan dilayani suami...
Terpenuhi apa yang menjadi keinginanmu...
Jika itu engkau lakukan, "istanamu" akan menjadi neraka bagimu.
Jangan engkau terlalu cinta kepada istrimu...
Jangan engkau terlalu menuruti istrimu...
Jika itu engkau lakukan akan celaka...
Engkau tidak akan dapat melihat perbedaan antara yang hitam dan yang putih,
tidak akan dapat melihat yang benar dan yang salah...
Lihatlah bagaimana ALLAH menegur "Nabi"-mu tatakala mengharamkan apa yang Allah halalkan
hanya karena menuruti kemauan sang istri.
Tegaslah terhadap istrimu...
Dengan cintamu, ajaklah dia taat kepada Allah...
Jangan biarkan dia dengan kehendaknya...
Lihatlah bagaimana istri Nuh dan Luth...
Di bawah bimbingan manusia pilihan, justru mereka menjadi penentang...
Istrimu bisa menjadi musuhmu...
Wahai Fulan, didiklah istrimu...
Jadikanlah dia sebagai Hajar, wanita utama yang loyal terhadap tugas suami, Ibrahim.
Jadikanlah dia sebagai Maryam, wanita utama yang bisa menjaga kehormatannya...
Jadikanlah dia sebagaiKhadijah, wanita utama yang bisa mendampingi sang suami Muhammad saw menerima tugas risalah.....
Wahai Fulan,
Istrimu adalah tanggung jawabmu...
Jangan kau larang mereka taat kepada Allah...
Biarkan mereka menjadi wanita shalilah...
Biarkan mereka menjadi Hajar atau Maryam...
Jangan kau belenggu mereka dengan egomu...
Wahai Fulanah,
Jika engkau menjadi istri...
Jangan engkau paksa suamimu menurutimu...
Jangan engkau paksa suamimu melanggar Allah...
Siapkanlah dirimu untuk menjadi Hajar, yang setia terhadap tugas suami.....
Siapkanlah dirimu untuk menjadi Maryam, yang bisa menjaga kehormatannya....
Siapkanlah dirimu untuk menjadi Khadijah, yang bisa yang bisa mendampingi suami menjalankan misi.
Wahai Fulanah,
Jangan kau usik suamimu dengan rengekanmu...
Jangan kau usik suamimu dengan tangismu...
Jika itu kau lakukan... Kecintaannya terhadapmu akan memaksanya menjadi pendurhaka...
jangan...
Wahai Fulan,
Jika engkau menjadi Bapak...
Jadilah bapak yang bijak seperti Lukmanul Hakim
Jadilah bapak yang tegas seperti Ibrahim
Jadilah bapak yang kasih seperti Muhammad saw
Ajaklah anak-anakmu mengenal Allah...
Ajaklah mereka taat kepada Allah...
Jadikan dia sebagai Yusuf yang berbakti...
Jadikan dia sebagai Ismail yang taat...
Tapi jangan engkau jadikan mereka sebagai Kan'an yang durhaka.
Mohonlah kepada Allah...
Mintalah kepada Allah, agar mereka menjadi anak yang shalih...
Anak yang bisa membawa kebahagiaan, dunia dan akhirat.
Wahai Fulanah,
Jika engkau menjadi ibu...
Jadilah engkau ibu yang bijak, ibu yang teduh...
Bimbinglah anak-anakmu dengan air susumu...
Jadikanlah mereka mujahid...
Jadikanlah mereka tentara-tentara Allah...
Jangan biarkan mereka bermanja-manja, hingga terikat jerat dunia...
WaLLAHu a'lam bishawab, Wassalamu'alaikum warahmatuLLAHI wabarakatuh.
Tips dan Trik Menghapal Al-Qur'an
Muhammad misbakhuddin | 18.34 | Al-Qur'an | 0 komentar
1. Memperbaiki tujuan dan bersungguh-sungguh menghafal Al-Quran hanya karena AllahSubhanahu wa Ta`ala serta untuk mendapatkan syurga dan keridhaan-Nya.
Tidak ada pahala bagi siapa saja yang membaca Al-Quran dan menghafalnya karena tujuan keduniaan, karena riya atau sumah (ingin didengar orang), dan perbuatan seperti ini jelas menjerumuskan pelakunya kepada dosa.
2. Pastikan dalam menghafalkan Al Qur’an, anda dalam keadaan suci dari hadats.
Pastikan anda sudah benar-benar bertobat sebab Allah tidak akan memberikan kelapangan bagi mereka yang berdosa. Imam Syafii pernah mengungkapkan kepada gurunya akan kesulitan dia dalam menghafal lalu gurunya meminta dia untuk meninggalkan perbuatan dosa.
3. Camkan dalam pikiran tentang betapa mulianya penghafal Al-Qur’an itu seperti disebutkan dalam hadits diatas sehingga anda memiliki semangat untuk terus menghafal Al-Qur’an.
Dari Abdillah bin Amr bin ‘Ash dari Nabi SAW, beliau bersabda,
“Akan dikatakan kepada shahib Al Qur’an,”Bacalah dan naiklah serta tartilkan sebagaimana engkau dulu mentartilkan Al Qur’an di dunia, sesungguhnya kedudukanmu di akhir ayat yang kau baca.” (HR. Abu Daud dan Turmudzi). Hadits ini menunjukkan keutamaan bagi mereka penghafal Al-Qur’an.
“Sebenarnya, Al Qur’an itu adalah ayat-ayat yang nyata di dalam dada orang-orang yang diberi ilmu. Dan tidak ada yang mengingkari ayat-ayat Kami kecuali orang-orang yang zhalim (QS. Al Ankabut : 49)
“Dan sesungguhnya telah Kami mudahkan Al Qur’an untuk pelajaran, maka adakah orang yang mengambil pelajaran?” (54: 17).
Dalam ayat di atas tedapat jaminan untuk dapat menghafal al-Quran bagi yang berusaha menghafalkannya. Imam Qurtubi dalam menjelaskan ayat tersebut menyatakan sebagai berikut:
”Artinya Aku (Allah) memudahkan menghafalnya dan membantu bagi yang berusaha menghafalnya. Adakah orang yang berusaha menghafalkannya, sehingga dimudahkan dalam menghafalnya?”. (lihat tafsir al-Qurtubu: surat al-Qamar).
Mintalah kepada Allah untuk membimbing anda dalam menghafal Al-Qur’an.
4. Dorongan dari diri sendiri, bukan karena terpaksa.
Ini adalah asas bagi setiap orang yang berusaha untuk menghafal Al-Quran. Sesungguhnya siapa yang mencari kelezatan dan kebahagiaan ketika membaca Al-Quran maka dia akan mendapatkannya.
5. Membenarkan ucapan dan bacaan.
Hal ini tidak akan tercapai kecuali dengan mendengarkan dari orang yang baik bacaan Al-Qurannya atau dari orang yang hafal Al-Quran. Rasulullah shallallahu alaihi wasallam sendiri mengambil/belajar Al-Quran dari Jibril alaihis salam secara lisan. Setahun sekali pada bulan Ramadhan secara rutin Jibril alaihis salam menemui beliau untuk murajaah hafalan beliau. Pada tahun Rasulullah shallallahualaihi wa sallam diwafatkan, Jibril menemui beliau sampai dua kali. Para shahabat radliallahu anhum juga belajar Al-Quran dari Rasulullah shallallahualaihi wa sallam secara lisan demikian pula generasi-generasi terbaik setelah mereka. Pada masa sekarang dapat dibantu dengan mendengarkan kaset-kaset murattal yang dibaca oleh qari yang baik dan bagus bacaannya. Wajib bagi penghafal Al-Quran untuk tidak menyandarkan kepada dirinya sendiri dalam hal bacaan Al-Quran dan tajwidnya
6. Membuat target hafalan setiap hari.
Misalnya menargetkan sepuluh ayat setiap hari atau satu halaman, atau bisa ditambah/dikurangi dari target tersebut sesuai dengan kemampuan. Yang jelas target yang telah ditetapkan sebisa mungkin untuk dipenuhi.
7. Luangkan waktu khusus per hari atau beberapa hari untuk menghafal Al-Qur’an.
Waktu yang memang ketika anda sedang tidak sibuk dengan urusan lainnya.
8. Coba menghafal di tempat-tempat yang agak sunyi seperti di masjid.
9. Mulailah dari surat yang anda anggap termudah bagi anda.
Banyak yang menganjurkan untuk memulai menghafal dari lima juz terakhir (juz 30 lalu juz 29 dan seterusnya).
10. Awali dari surat yang anda benar-benar suka untuk menghafalnya, lalu diikuti oleh surat yang anda sering dengar dan diikuti dengan surat-surat yang anda kenali dari hati anda.
11. Membaguskan hafalan.
Tidak boleh beralih hafalan sebelum mendapat hafalan yang sempurna. Hal ini dimaksudkan untuk memantapkan hafalan di hati. Dan yang demikian dapat dibantu dengan mempraktekkannya dalam setiap kesibukan sepanjang siang dan malam.
12. Menghafal dengan satu mushaf.
Hal ini dikarenakan manusia dapat menghafal dengan melihat sebagaimana bisa menghafal dengan mendengar. Dengan membaca/melihat akan terbekas dalam hati bentuk-bentuk ayat dan tempat-tempatnya dalam mushaf. Bila orang yang menghafal Al-Quran itu merubah/mengganti mushaf yang biasa ia menghafal dengannya maka hafalannya pun akan berbeda-beda pula dan ini akan mempersulit dirinya.
13. Dengarkan lafaz-lafaz ayat itu dengan baik dan berulang-ulang.
Sehingga memori ingatan kita dipenuhi dengan alunan bunyi lafaz ayat Al-Quran yang akan kita hafal. Bukankah anak kecil dengan mudah menghafal jingle iklan di televisi, padahal mereka tidak punya waktu khusus untuk menghafalkannya, bukan?
14. Mempelajari tajwid dan tahsin
Mempelajari tajwid dan tahsin dalam menghafal al Qur’an adalah hal yang tak bisa ditawar. Sangatlah ironis jika hafal banyak ayat, tapi bacaannya masih salah dan kurang fasih.
15. Mempelajari bahasa arab
Proses menghafal al-quran sangat terbantu apabila seseorang memahami bahasa arab, karena dengan begitu dia mengerti tentang apa yang dia baca, dan juga bacaannya sangat membekas di hati dari pada yang hanya menghafal tanpa tahu memahami apa yang dia baca. Memang pemahaman bahasa arab bukan hal yang mutlak dibutuhkan untuk sekedar menghafal al-quran al-karim, namun perlu diketahui bahwa tujuan utama diturunkannya al-quran bukanlah untuk di hafal, bukan agar seseorang memindahkan huruf-hurufnya dan lafadz-lafadznya kedalam memory otak, melainkan untuk ditadaburi, dan tidak mungkin bagi seseorang untuk mentadaburi al-quran jika dia tidak memahami apa yang dia baca. Jadi kesimpulannya cepat atau lambat seorang yang sedang berusaha menghafal al-quran dituntut untuk bisa memahami bahasa arab.
16. Memahami adalah salah satu jalan untuk menghafal.
Di antara hal-hal yang paling besar/dominan yang dapat membantu untuk menghafal Al-Quran adalah dengan memahami ayat-ayat yang dihafalkan dan juga mengenal segi-segi keterkaitan antara ayat yang satu dengan ayat yang lainnya. Oleh sebab itu seharusnyalah bagi penghafal Al-Quran untuk membaca tafsir dari ayat-ayat yang dihafalnya, untuk mendapatkan keterangan tentang kata-kata yang asing atau untuk mengetahui sebab turunnya ayat atau memahami makna yang sulit atau untuk mengenal hukum yang khusus. Ada beberapa kitab tafsir yang ringkas yang dapat ditelaah oleh pemula seperti kitab Zubdatut Tafsir oleh Asy-Syaikh Muhammad Sulaiman Al-Asyqar. Setelah memiliki kemampuan yang cukup, untuk meluaskan pemahaman dapat menelaah kitab-kitab tafsir yang berisi penjelasan yang panjang seperti Tafsir Ibnu Katsier,Tafsir Ath-Thabari, Tafsir As-Sadi dan Adhwaaul Bayaan oleh Asy-Syanqithi.wajib pula menghadirkan hatinya pada saat membaca Al-Quran.
17. Tidak pindah ke surat lain sebelum hafal benar surat yang sedang dihafalkan.
Setelah sempurna satu surat dihafalkan, tidak sepantasnya berpindah ke surat lain kecuali setelah benar-benar sempurna hafalannya dan telah kokoh dalam dada.
18. Selalu memperdengarkan hafalan (disimak oleh orang lain).
Orang yang menghafal Al-Quran tidak sepantasnya menyandarkan hafalannya kepada dirinya sendiri. Tetapi wajib atasnya untuk memperdengarkan kepada seorang hafidz atau mencocokkannya dengan mushaf. Hal ini dimaksudkan untuk mengingatkan kesalahan dalam ucapan, atau syakal ataupun lupa. Banyak sekali orang yang menghafal dengan hanya bersandar pada dirinya sendiri, sehingga terkadang ada yang salah/keliru dalam hafalannya tetapi tidak ada yang memperingatkan kesalahan tersebut.
19. Selalu menjaga hafalan dengan murajaah.
Bersabda Rasulullah shallallahu `alaihi wa sallam :
“Jagalah benar-benar Al-Quran ini, demi Yang jiwaku berada di Tangan-Nya, Al-Quran lebih cepat terlepas daripada onta yang terikat dari ikatannya.”
Maka seorang yang menghafal Al-Quran bila membiarkan hafalannya sebentar saja niscaya ia akan terlupakan. Oleh karena itu hendak hafalan Al-Quran terus diulang setiap harinya.
20. Bersungguh-sungguh dan memperhatikan ayat yang serupa.
Khususnya yang serupa/hampir serupa dalam lafadz, maka wajib untuk memperhatikannya agar dapat hafal dengan baik dan tidak tercampur dengan surat lain.
21. Sering-seringlah melafazhkan ayat-ayat yang ingin dihafal itu dalam setiap kesempatan, jangan hanya bergantung pada saat murajaah (eveluasi) saja.
Misalnya, ketika di dalam perjalanan, saat bekerja atau saat lainnya yang layak untuk melafazkankan ayat Al-Quran.
22. Mencatat ayat-ayat yang dibaca/dihafal.
Ada baiknya penghafal Al-Quran menulis ayat-ayat yang sedang dibaca/dihafalkannya, sehingga hafalannya tidak hanya di dada dan di lisan tetapi ia juga dapat menuliskannya dalam bentuk tulisan. Berapa banyak penghafal Al-Quran yang dijumpai, mereka terkadang hafal satu atau beberapa surat dari Al-Quran tetapi giliran diminta untuk menuliskan hafalan tersebut mereka tidak bisa atau banyak kesalahan dalam penulisannya.
23. Manfaatkan shalat-shalat sendirian seperti shalat sunnah untuk melakukan murajaah hafalan.
Misalnya pada 10 rakaat shalat rawatib qabliyah dan ba’diyah, shalat tahiyatul masjid, shalat dhuha, qiyamullaih dan witir.
24. Tidak ada salahnya untuk bisa ingat terus anda mempunyai ‘contekan’ kecil yang anda bawa kemana-mana.
Tapi harus dijaga dengan baik agar tidak menghilangkan kehormatan kita kepada tulisan ayat Al-Quran.
25. Berusaha mengamalkan
Para shahabat tidak berpindah dari mempelajari 10 ayat sebelum mengamalkannya.
26. Menumbuhkan semangat kompetisi bersama teman-teman
Carilah teman yang memiliki semangat yang sama seperti kita, kemudian dekati dia, jadikan dia teman untuk muroja’ah, kemudian tumbuhkan semangat berkompetisi agar saling terpacu untuk menjadi yang terbaik, dan semangat semacam inilah yang tumbuh dikalangan para sahabat, mereka berusaha untuk saling mendahului dalam kebaikan sebagai implementasi dari firman Allah ta’ala:
“maka berlomba-lombalah kalian dalam kebaikan” (al-maidah: 48).
27. Memperhatikan usia yang baik untuk menghafal.
Usia yang baik untuk menghafal kira-kira dari umur 5 tahun sampai 25 tahun. Wallahu alam dalam batasan usia tersebut. Namun yang jelas menghafal di usia muda adalah lebih mudah dan lebih baik daripada menghafal di usia tua. Pepatah mengatakan: Menghafal di waktu kecil seperti mengukir di atas batu, menghafal di waktu tua seperti
mengukir di atas air.
Ternyata...
Muhammad misbakhuddin | 18.31 | love's | 1 komentar
Cerita ini saya dapat dari salah seorang sahabat saya, semoga bermanfaat...semoga menjadi ibroh buat kita semua...
Aammien ya Rabbal'alaamien...
Kisah ini dimulai dari, ada seorang akhwat yang sedang ta'aruf dengan seorang ikhwan. Kemudian mereka memasuki pada tahap akan melangsungkan pernikahan. Saat undangan sudah di sebar dan katering sudah di pesan...mendadak sang ikhwan membatalkan tanpa alasan yang jelas. Sang akhwat menerima dengan lapang dada, sebelum bicara kepada ayahnya ia berwudhu' lalu bicara pada sang ayah "Ayah, acaranya batal." sang ayah pun menjawab "Alhamdulillah...tidak apa-apa, entar katering yang sudah di pesan kita kasi kan saja ke anak yatim."
Sang akhwat tak putus asa, selang beberapa lama ia melakukan proses ta'aruf kembali. Sampai juga pada tahap akan melangsungkan pernikahan. Undangan kembali disebar, katering kembali di pesan. Tapi lagi-lagi sang ikhwan membatalkan tanpa alasan yang jelas. Sang akhwat tetap menerima dengan lapang dada, lagi...ia berwudhu sebelum bicara dengan ayah nya. Lalu ia berkata "Ayah, acaranya dibatalkan." Sang ayah menjawab "Alhamdulillah...tidak apa-apa, entar katering yang sudah di pesan kita kasi kan saja ke anak yatim."
Sang akhwat lagi-lagi tak putus asa, selang beberapa lama ia kembali menjalani proses ta'aruf namun lebih hati-hati. Sampailah mereka pada tahap akan melangsungkan pernikahan, namun kali ini sang akhwat meminta komitmen pada sang ikhwan mengingat dua kejadian sebelumnya dan sang ikhwan pun setuju. Pada saat menjelang akad nikah sang akhwat memohon kepada ayahnya "Ayah, izinkan saya berwudhu dan melakukan sujud syukur." Sang ayah pun mengizinkan. Setelah ia berwudhu, ia berkata pada ayah nya "Alhamdulillah ayah, akhirnya saya akan menikah." Kemudian ia pun sujud syukur...dan tak pernah bangun lagi...
Subhanalloh... ternyata Alloh teramat mencintainya...Ia dipanggil saat melakukan sujud syukur... Subhanalloh... Akhir hayat yang baik... Khusnul Khatimah... Subhanalloh... AllohuAkbar...
Semoga menjadi pelajaran untuk kita semua...
Perlukah kita bersyahadat lagi setelah berislam..
Muhammad misbakhuddin | 18.29 | | 0 komentar
by: akh Hilman(Direktur PDKT 2008)
akhir-akhir ini banyak bermunculan pemahaman-pemahaman yang cukup membingungkan dikalangan anak-anak sekolah atau bahkan kuliahan. mereka dibingungkan diantaranya mengenai perlukah kita bersyahadat kembali setelah memeluk Islam di depan seorang "pemimpin"?? berikut saya coba share beberapa alasan dan pendapat saya mengenai hal itu, semoga bermanfaat ^_^..
1. Sekalipun para sahabat bersyahadat didepan Rasulullah saw, tetapi anak anak para sahabat tidaklah bersyahadat kepada Rasulullah saw contohnya anak anak dari Ali ibn Abu Thalib
2. Tidak ada tata cara (fiqh) berdasarkan Al-Qur’an dan Hadist tentang tata cara bersyahadat yang diharuskan di depan seorang pemimpin.
3. Ketika Ali ibn Abi Thalib tidak membai’at Abu Bakar (sebagai pemimpin dari pemerintahan islam saat itu) selama enam bulan, tidak ada seorang pun yang mengatakan Ali ibn Abi Thalib keluar dari din Islam. Dan Abu Bakar adalah pemimpin Aam (seluruh) kaum muslimin
4. Ijma’ (kesepakatan para sahabat) kepada kaum khawarij yang memberontak (bughat) kepada pemerintahan para sahabat. Mereka sepakat menghukumi kaum khawarij sebagai kaum fasiq dan durhaka. Sementara fasiq dan durhaka itu berbeda dengan keluar dari din islam.
5. Bai’at dan syahadat adalah dua hal yang berbeda. Ada kalanya bai’at itu mencakup syahadat dan ada kalanya tidak. Contoh bai’at yang bukan merupakan syahadat (untuk memasuki islam) adalah Bai’aturidwan yang diabadikan dalam surat 48 : 10 dan 18. Bai’aturidwan ini adalah bai’at yang dilakukan oleh para sahabat yang akan menunaikan ibadah haji. Ketika Utsman bin Affan diperintahkan untuk memeriksa keadaan kota mekah, terdengarlah kabar bahwa Utsman bin Affan ditangkap. Kemudian Rasulullah membai’at para sahabat untuk membebaskan Utsman bin Affan sampai titik darah penghabisan. Apakah para sahabat tersebut sudah masuk islam? Lalu mengapa mereka pergi haji bersama Nabi saw jika mereka belum muslim? Dan bai’at itu tidaklah diberikan kecuali kepada khalifah aam (seluruh) kaum muslimin dan bai’at kepada khalifah aam tidaklah dilakukan oleh seluruh kaum muslimin.
6. Riwayat yang ditulis didalam Riyadus Shalihin ketika Usamah bin Zaid, diperintahkan untuk menggempur orang-orang kafir di daerah harura. Kemudian dia melihat seorang tentara kaum kafir melarikan diri. ”Aku bersama seorang dari kalangan anshar mengejarnya. Ketika kami hendak membunuhnya, orang kafir ini mengucapkan kalimat syahadat. Orang anshar menahan pedangnya sementara aku (Usamah bin Zaid) menebasnya dengan pedangku.” Berita ini sampai kepada Rasulullah. Kemudian Rasulullah memanggilku dan bertanya, ”Benarkah kamu membunuhnya setelah dia mengucapkan Laailaahaillallah?” Aku (Usamah) menjawab : Tapi dia mengucapkannya hanya pura-pura untuk melindungi dirinya (agar tidak dibunuh). Kemudian beliau bertanya pertanyaan yang sama diulang-ulang dengan nada yang sangat marah, ”Benarkah kamu membunuhnya setelah dia mengucapkan Laailaahaillallah?”beliau (Rasulullah saw) meneruskan kata-katanya, ”Sudahkah kamu membelah dadanya dan melihat isi hatinya? Sesungguhnya aku tidak diutus untuk melihat isi hati manusia”
Usamah bin Zaid dimarahi oleh Rasulullah karena membunuh orang yang telah bersyahadat (muslim). Lalu apakah waktu itu Usamah bin Zaid diperintahkan oleh Rasulullah untuk menerima syahadat seseorang? Jika orang yang dibunuh itu masih dalam keadaan kafir, mengapa beliau sangat marahnya kepada Usamah bin Zaid? Mengapa pula ... See ... See MoreMorebeliau ... See Moremengucapkan kalimat, ”Sudahkah kamu membelah dadanya dan melihat isi hatinya?” Hal ini seperti yang sudah dibahas diatas, bahwa muslim itu sesuatu yang nampak secara dzahir. Adapun isi hati, Rasulullah pun tidak mengetahui. Termasuk pemberitaan tentang orang-orang munafik. Rasulullah mengetahui siapa-siapa yang menjadi orang munafik sebatas yang Allah beritakan kepadanya. Jadi muslim dan kafir itu nampak secara dzahir. Sementara di zaman sekarang siapakah yang mengetahui siapa-siapa sajakah orang munafiq dikalangan umat ini?
7. Keturunan orang islam berada pada agama orang tuanya (islam) dan keturunan orang kafir berada pada agama islam sampai lidah mereka menjelaskan ihwal dirinya (islam atau kafir). Mengenai hal ini, bisa dilihat pada tafsir ayat QS. Al-A’raf:172 dan QS. Ar-ruum:30 dalam tafsir Ibnu Katsir. Imam Ja’far bin Jarir meriwayatkan dari Al Aswad bin Sari yaitu orang dari Bani Sa’ad, ”Aku berperang bersama Rasulullah sebanyak empat kali. Maka tentara pun menggayang anak-anak? Maka seseorang berkata, ”Wahai Rasulullah, bukankah mereka itu anak-anak kaum musyrikin?” Beliau bersabda, ”Sesungguhnya orang-orang terpilih diantara kamu pun merupakan anak-anak kaum musyrikin. Kecuali itu tidaklah seseorang diri dilahirkan melainkan ia dilahirkan dalam keadaan fitrah. Ia senantiasa demikian sampai ia menjelaskan ihwal dirinya. Maka bapak-ibunyalah yang menjadikan dia yahudi atau nasrani”
Wallahualam..
Mencintai sejantan Ali
Muhammad misbakhuddin | 18.26 | love's | 0 komentar
Cinta adalah hal fitrah yang tentu saja dimiliki oleh setiap orang,
namun bagaimanakah membingkai perasaan tersebut
agar bukan Cinta yang mengendalikan Diri kita
Tetapi Diri kita yang mengendalikan Cinta
Mungkin cukup sulit menemukan teladan dalam hal tersebut
disekitar kita saat ini
Walaupun bukan tidak ada..
barangkali, kita saja yang tidak mengetahui saking rapatnya dikendalikan
Tapi,
kebanyakan justru yang tampak ke permukaan adalah yang justru seharusnya tidak kita contoh
Kekurangan teladan?
Mungkin..
Dan inilah fragmen dari Khalifah ke-4, Suami dari Putri kesayangan Rasulullah
tentang membingkai perasaan dan
Bertanggung jawab akan perasaan tersebut
“Bukan janj-janji”
(mentang-mentang deket Pemilu..)
Kisah pertama ini diambil dari buku Jalan Cinta Para Pejuang, Salim A.Fillah
chapter aslinya berjudul “Mencintai sejantan ‘Ali”
Ada rahasia terdalam di hati ‘Ali yang tak dikisahkannya pada siapapun. Fathimah.
Karib kecilnya, puteri tersayang dari Sang Nabi yang adalah sepupunya itu, sungguh memesonanya.
Kesantunannya, ibadahnya, kecekatan kerjanya, parasnya.
Lihatlah gadis itu pada suatu hari ketika ayahnya pulang dengan luka memercik darah dan kepala yang dilumur isi perut unta.
Ia bersihkan hati-hati, ia seka dengan penuh cinta.
Ia bakar perca, ia tempelkan ke luka untuk menghentikan darah ayahnya.
Semuanya dilakukan dengan mata gerimis dan hati menangis. Muhammad ibn ’Abdullah Sang Tepercaya tak layak diperlakukan demikian oleh kaumnya!
Maka gadis cilik itu bangkit.
Gagah ia berjalan menuju Ka’bah.
Di sana, para pemuka Quraisy yang semula saling tertawa membanggakan tindakannya pada Sang Nabi tiba-tiba dicekam diam.
Fathimah menghardik mereka dan seolah waktu berhenti, tak memberi mulut-mulut jalang itu kesempatan untuk menimpali.
Mengagumkan!
‘Ali tak tahu apakah rasa itu bisa disebut cinta.
Tapi, ia memang tersentak ketika suatu hari mendengar kabar yang mengejutkan.
Fathimah dilamar seorang lelaki yang paling akrab dan paling dekat kedudukannya dengan Sang Nabi.
Lelaki yang membela Islam dengan harta dan jiwa sejak awal-awal risalah.
Lelaki yang iman dan akhlaqnya tak diragukan; Abu Bakr Ash Shiddiq, Radhiyallaahu ’Anhu.
”Allah mengujiku rupanya”, begitu batin ’Ali.
Ia merasa diuji karena merasa apalah ia dibanding Abu Bakr.
Kedudukan di sisi Nabi?
Abu Bakr lebih utama,
mungkin justru karena ia bukan kerabat dekat Nabi seperti ’Ali,
namun keimanan dan pembelaannya pada Allah dan RasulNya tak tertandingi.
Lihatlah bagaimana Abu Bakr menjadi kawan perjalanan Nabi dalam hijrah
sementara ’Ali bertugas menggantikan beliau untuk menanti maut di ranjangnya..
Lihatlah juga bagaimana Abu Bakr berda’wah.
Lihatlah berapa banyak tokoh bangsawan dan saudagar Makkah yang masuk Islam karena sentuhan Abu Bakr; ’Utsman, ’Abdurrahman ibn ’Auf, Thalhah, Zubair, Sa’d ibn Abi Waqqash, Mush’ab..
Ini yang tak mungkin dilakukan kanak-kanak kurang pergaulan seperti ’Ali.
Lihatlah berapa banyak budak muslim yang dibebaskan dan para faqir yang dibela Abu Bakr; Bilal, Khabbab, keluarga Yassir, ’Abdullah ibn Mas’ud..
Dan siapa budak yang dibebaskan ’Ali?
Dari sisi finansial, Abu Bakr sang saudagar, insyaallah lebih bisa membahagiakan Fathimah.
’Ali hanya pemuda miskin dari keluarga miskin.
”Inilah persaudaraan dan cinta”, gumam ’Ali.
”Aku mengutamakan Abu Bakr atas diriku, aku mengutamakan kebahagiaan Fathimah atas cintaku.”
Cinta tak pernah meminta untuk menanti.
Ia mengambil kesempatan atau mempersilakan.
Ia adalah keberanian, atau pengorbanan.
Beberapa waktu berlalu, ternyata Allah menumbuhkan kembali tunas harap di hatinya yang sempat layu.
Lamaran Abu Bakr ditolak.
Dan ’Ali terus menjaga semangatnya untuk mempersiapkan diri.
Ah, ujian itu rupanya belum berakhir.
Setelah Abu Bakr mundur,
datanglah melamar Fathimah seorang laki-laki lain yang gagah dan perkasa,
seorang lelaki yang sejak masuk Islamnya membuat kaum muslimin berani tegak mengangkat muka,
seorang laki-laki yang membuat syaithan berlari takut dan musuh-musuh Allah bertekuk lutut.
’Umar ibn Al Khaththab.
Ya, Al Faruq,
sang pemisah kebenaran dan kebathilan itu juga datang melamar Fathimah.
’Umar memang masuk Islam belakangan,
sekitar 3 tahun setelah ’Ali dan Abu Bakr.
Tapi siapa yang menyangsikan ketulusannya?
Siapa yang menyangsikan kecerdasannya untuk mengejar pemahaman?
Siapa yang menyangsikan semua pembelaan dahsyat yang hanya ’Umar dan Hamzah yang mampu memberikannya pada kaum muslimin?
Dan lebih dari itu,
’Ali mendengar sendiri betapa seringnya Nabi berkata,
”Aku datang bersama Abu Bakr dan ’Umar, aku keluar bersama Abu Bakr dan ’Umar, aku masuk bersama Abu Bakr dan ’Umar..”
Betapa tinggi kedudukannya di sisi Rasul, di sisi ayah Fathimah.
Lalu coba bandingkan bagaimana dia berhijrah dan bagaimana ’Umar melakukannya.
’Ali menyusul sang Nabi dengan sembunyi-sembunyi, dalam kejaran musuh yang frustasi karena tak menemukan beliau Shallallaahu ’Alaihi wa Sallam.
Maka ia hanya berani berjalan di kelam malam.
Selebihnya, di siang hari dia mencari bayang-bayang gundukan bukit pasir.
Menanti dan bersembunyi.
’Umar telah berangkat sebelumnya.
Ia thawaf tujuh kali, lalu naik ke atas Ka’bah.
”Wahai Quraisy”, katanya.
”Hari ini putera Al Khaththab akan berhijrah.
Barangsiapa yang ingin isterinya menjanda, anaknya menjadi yatim, atau ibunya berkabung tanpa henti, silakan hadang ’Umar di balik bukit ini!”
’Umar adalah lelaki pemberani.
’Ali, sekali lagi sadar.
Dinilai dari semua segi dalam pandangan orang banyak, dia pemuda yang belum siap menikah.
Apalagi menikahi Fathimah binti Rasulillah! Tidak.
’Umar jauh lebih layak.
Dan ’Ali ridha.
Cinta tak pernah meminta untuk menanti.
Ia mengambil kesempatan.
Itulah keberanian.
Atau mempersilakan.
Yang ini pengorbanan.
Maka ’Ali bingung ketika kabar itu meruyak.
Lamaran ’Umar juga ditolak.
Menantu macam apa kiranya yang dikehendaki Nabi?
Yang seperti ’Utsman sang miliarder kah yang telah menikahi Ruqayyah binti Rasulillah?
Yang seperti Abul ’Ash ibn Rabi’ kah, saudagar Quraisy itu, suami Zainab binti Rasulillah?
Ah, dua menantu Rasulullah itu sungguh membuatnya hilang kepercayaan diri.
Di antara Muhajirin hanya ’Abdurrahman ibn ’Auf yang setara dengan mereka.
Atau justru Nabi ingin mengambil menantu dari Anshar untuk mengeratkan kekerabatan dengan mereka?
Sa’d ibn Mu’adz kah, sang pemimpin Aus yang tampan dan elegan itu?
Atau Sa’d ibn ’Ubadah, pemimpin Khazraj yang lincah penuh semangat itu?
”Mengapa bukan engkau yang mencoba kawan?”, kalimat teman-teman Ansharnya itu membangunkan lamunan.
”Mengapa engkau tak mencoba melamar Fathimah? Aku punya firasat, engkaulah yang ditunggu-tunggu Baginda Nabi..”
”Aku?”, tanyanya tak yakin.
”Ya. Engkau wahai saudaraku!”
”Aku hanya pemuda miskin. Apa yang bisa kuandalkan?”
”Kami di belakangmu, kawan! Semoga Allah menolongmu!”
’Ali pun menghadap Sang Nabi.
Maka dengan memberanikan diri, disampaikannya keinginannya untuk menikahi Fathimah.
Ya, menikahi.
Ia tahu, secara ekonomi tak ada yang menjanjikan pada dirinya.
Hanya ada satu set baju besi di sana ditambah persediaan tepung kasar untuk makannya.
Tapi meminta waktu dua atau tiga tahun untuk bersiap-siap?
Itu memalukan! Meminta Fathimah menantikannya di batas waktu hingga ia siap?
Itu sangat kekanakan. Usianya telah berkepala dua sekarang.
”Engkau pemuda sejati wahai ’Ali!”, begitu nuraninya mengingatkan.
Pemuda yang siap bertanggungjawab atas rasa cintanya.
Pemuda yang siap memikul resiko atas pilihan-pilihannya.
Pemuda yang yakin bahwa Allah Maha Kaya.
Lamarannya berjawab, ”Ahlan wa sahlan!”
Kata itu meluncur tenang bersama senyum Sang Nabi.
Dan ia pun bingung.
Apa maksudnya?
Ucapan selamat datang itu sulit untuk bisa dikatakan sebagai isyarat penerimaan atau penolakan.
Ah, mungkin Nabi pun bingung untuk menjawab.
Mungkin tidak sekarang.
Tapi ia siap ditolak.
Itu resiko.
Dan kejelasan jauh lebih ringan daripada menanggung beban tanya yang tak kunjung berjawab.
Apalagi menyimpannya dalam hati sebagai bahtera tanpa pelabuhan.
Ah, itu menyakitkan.
”Bagaimana jawab Nabi kawan? Bagaimana lamaranmu?”
”Entahlah..”
”Apa maksudmu?”
”Menurut kalian apakah ’Ahlan wa Sahlan’ berarti sebuah jawaban!”
”Dasar tolol! Tolol!”, kata mereka,
”Eh, maaf kawan.. Maksud kami satu saja sudah cukup dan kau mendapatkan dua!
Ahlan saja sudah berarti ya. Sahlan juga. Dan kau mendapatkan Ahlan wa Sahlan kawan! Dua-duanya berarti ya!”
Dan ’Ali pun menikahi Fathimah.
Dengan menggadaikan baju besinya.
Dengan rumah yang semula ingin disumbangkan kawan-kawannya tapi Nabi berkeras agar ia membayar cicilannya.
Itu hutang.
Dengan keberanian untuk mengorbankan cintanya bagi Abu Bakr, ’Umar, dan Fathimah.
Dengan keberanian untuk menikah.
Sekarang.
Bukan janji-janji dan nanti-nanti.
’Ali adalah gentleman sejati.
Tidak heran kalau pemuda Arab memiliki yel,
“Laa fatan illa ‘Aliyyan! Tak ada pemuda kecuali Ali!”
Inilah jalan cinta para pejuang.
Jalan yang mempertemukan cinta dan semua perasaan dengan tanggungjawab.
Dan di sini, cinta tak pernah meminta untuk menanti.
Seperti ’Ali.
Ia mempersilakan.
Atau mengambil kesempatan.
Yang pertama adalah pengorbanan.
Yang kedua adalah keberanian.
Dan ternyata tak kurang juga yang dilakukan oleh Putri Sang Nabi,
dalam suatu riwayat dikisahkan
bahwa suatu hari (setelah mereka menikah)
Fathimah berkata kepada ‘Ali,
“Maafkan aku, karena sebelum menikah denganmu. Aku pernah satu kali merasakan jatuh cinta pada seorang pemuda”
‘Ali terkejut dan berkata, “kalau begitu mengapa engkau mau manikah denganku? dan Siapakah pemuda itu”
Sambil tersenyum Fathimah berkata, “Ya, karena pemuda itu adalah Dirimu”
Kisah ini disampaikan disini,
bukan untuk membuat kita menjadi mendayu-dayu atau romantis-romantis-an
Kisah ini disampaikan
agar kita bisa belajar lebih jauh dari ‘Ali dan Fathimah
bahwa ternyata keduanya telah memiliki perasaan yang sama semenjak mereka belum menikah tetapi
dengan rapat keduanya menjaga perasaan itu
Perasaan yang insyaAllah akan indah ketika waktunya tiba.
Cerita GAZA pada Indonesia
Muhammad misbakhuddin | 18.24 | palestine | 0 komentar
Surat dari Gaza untuk Umat Islam di Indonesia
Untuk saudaraku di Indonesia,
Saya tidak tahu, mengapa saya harus menulis dan mengirim surat ini untuk kalian di Indonesia, Namun jika kalian tetap bertanya kepadaku, kenapa? Mungkin satu-satunya jawaban yang saya miliki Adalah karena Negeri kalian berpenduduk muslim terbanyak di punggung bumi ini, bukan demikian saudaraku?
Disaat saya menunaikan ibadah haji beberapa tahun silam, ketika pulang dari melempar jumrah, saya sempat berkenalan dengan salah seorang aktivis da'wah dari Jama'ah haji asal Indonesia, dia mengatakan kepadaku, setiap tahun musim haji ada sekitar 205 ribu jama'ah haji berasal dari Indonesia datang ke Baitullah ini. Wah, sungguh jumlah angka yang sangat fantastis dan membuat saya berdecak kagum.
Lalu saya mengatakan kepadanya, saudaraku, jika jumlah jama'ah Haji asal GAZA sejak tahun 1987 Sampai sekarang digabung, itu belum bisa menyamai jumlah jama'ah haji dari negeri kalian dalam satu musim haji saja. Padahal jarak tempat kami ke Baitullah lebih dekat dibanding kalian yah?. wah, pasti uang kalian sangat banyak yah?, apalagi menurut sahabatku itu ada 5% dari rombongan tersebut yang menunaikan ibadah haji untuk yang kedua kalinya, Subhanallah.
Wahai saudaraku di Indonesia,
Pernah saya berkhayal dalam hati, kenapa saya dan kami yang ada di GAZA ini, tidak dilahirkan di negeri kalian saja. Wah, pasti sangat indah dan mengagumkan yah?. Negeri kalian aman, kaya dan subur, setidaknya itu yang saya ketahui Tentang negeri kalian.
Pasti para ibu-ibu disana amat mudah menyusui bayi-bayinya, susu formula bayi pasti dengan mudah kalian dapatkan di toko-toko dan para wanita hamil kalian mungkin dengan mudah bersalin di rumah sakit yang mereka inginkan.
Ini yang membuatku iri kepadamu saudaraku tidak seperti di negeri kami ini, saudaraku, anak-anak bayi kami lahir di tenda-tenda pengungsian. Bahkan tidak jarang tentara Israel menahan mobil ambulance yang akan mengantarkan istri kami Melahirkan di rumah sakit yang lebih lengkap alatnya di daerah Rafah, Sehingga istri-istri kami terpaksa melahirkan diatas mobil, yah diatas mobil saudaraku!.
Susu formula bayi adalah barang yang langka di GAZA sejak kami di blokade 2tahun lalu, namun isteri kami tetap menyusui bayi-bayinya dan menyapihnya hingga dua tahun lamanya, walau terkadang untuk memperlancar ASI mereka, isteri kami rela minum air rendaman gandum.
Namun, mengapa di negeri kalian, katanya tidak sedikit kasus pembuangan bayi yang tidak jelas siapa ayah dan ibunya, terkadang ditemukan mati di parit-parit, di selokan-selokan dan di tempat sampah, itu yang kami dapat dari informasi televisi.
Dan yang membuat saya terkejut dan merinding, ternyata negeri kalian adalah negeri yang tertinggi kasus Abortusnya untuk wilayah ASIA, Astaghfirullah. Ada apa dengan kalian? Apakah karena di negeri kalian tidak ada konflik bersenjata seperti kami disini, sehingga orang bisa melakukan hal hina tersebut?, sepertinya kalian belum menghargai arti sebuah nyawa bagi kami di sini.
Memang hampir setiap hari di GAZA sejak penyerangan Israel, kami menyaksikan bayi-bayi kami mati, Namun, bukanlah diselokan-selokan, atau got-got apalagi ditempat sampah? saudaraku! Mereka mati syahid, saudaraku! mati syahid, karena serangan roket tentara Israel!
Kami temukan mereka tak bernyawa lagi dipangkuan ibunya, di bawah puing-puing bangunan rumah kami yang hancur oleh serangan roket tentara Zionis Israel, Saudaraku, bagi kami nilai seorang bayi adalah Aset perjuangan perlawanan kami terhadap penjajah Yahudi. Mereka adalah mata rantai yang akan menyambung perjuangan kami memerdekakan Negeri ini.
Perlu kalian ketahui, sejak serangan Israel tanggal 27 desember (2009) kemarin, Saudara-saudara kami yang syahid sampai 1400 orang, 600 diantaranya adalah anak-anak kami, namun sejak penyerangan itu pula sampai hari ini, kami menyambut lahirnya 3000 bayi baru Dijalur Gaza, dan Subhanallah kebanyakan mereka adalah anak laki-laki dan banyak yang kembar, Allahu Akbar!
Wahai saudaraku di Indonesia,
Negeri kalian subur dan makmur, tanaman apa saja yang kalian tanam akan tumbuh dan berbuah, namun kenapa di negeri kalian masih ada bayi yang kekurangan gizi, menderita busung lapar. Apa karena kalian sulit mencari rezki disana? apa negeri kalian sedang di blokade juga?
Perlu kalian ketahui, saudaraku, tidak ada satupun bayi di Gaza yang menderita kekurangan gizi apalagi sampai mati kelaparan, walau sudah lama kami diblokade.
Kalian terlalu manja! Saya adalah pegawai Tata Usaha di kantor pemerintahan Hamas Sudah 7 bulan ini, gaji bulanan belum saya terima, tapi Allah SWT yang akan mencukupkan rezki untuk kami.
Perlu kalian ketahui pula, bulan ini saja ada sekitar 300 pasang pemuda baru saja melangsungkan pernikahan. Yah, mereka menikah di sela-sela serangan agresi Israel, Mereka mengucapkan akad nikah, diantara bunyi letupan bom dan peluru saudaraku.
Dan Perdana menteri kami, yaitu Ust Isma'il Haniya memberikan santunan awal pernikahan bagi semua keluarga baru tersebut.
Wahai Saudaraku di Indonesia,
Terkadang saya pun iri, seandainya saya bisa merasakan pengajian atau halaqoh pembinaan Di Negeri antum, seperti yang diceritakan teman saya tersebut, program pengajian kalian pasti bagus bukan, banyak kitab mungkin yang telah kalian baca, dan buku-buku pasti kalian telah lahap, kalian pun sangat bersemangat bukan, itu karena kalian punya waktu.
Kami tidak memiliki waktu yang banyak disini wahai saudaraku. Satu jam, yah satu jam itu adalah waktu yang dipatok untuk kami disini untuk halaqoh, setelah itu kami harus terjun langsung ke lapanagn jihad, sesuai dengan tugas yang Telah diberikan kepada kami.
Kami di sini sangat menanti-nantikan hari halaqoh tersebut walau cuma satu jam saudaraku, tentu kalian lebih bersyukur, kalian lebih punya waktu untuk menegakkan rukun-rukun halaqoh, Seperti ta'aruf, tafahum dan takaful di sana.
Hafalan antum pasti lebih banyak dari kami, Semua pegawai dan pejuang Hamas di sini wajib menghapal surat al anfaal sebagai nyanyian perang kami, saya menghapal di sela-sela waktu istirahat perang, bagaimana Dengan kalian?
Akhir desember kemarin, saya menghadiri acara wisuda penamatan hafalan 30 juz anakku yang pertama, ia diantara 1000 anak yang tahun ini menghapal al-qur'an, umurnya baru 10 tahun, saya yakin anak-anak kalian jauh lebih cepat menghapal al-quran ketimbang anak-anak kami disini, di Gaza tidak ada SDIT seperti di tempat kalian, yang menyebar seperti jamur sekarang.
Mereka belajar di antara puing-puing reruntuhan gedung yang hancur, yang tanahnya sudah diratakan, diatasnya diberi beberapa helai daun pohon kurma, yah di tempat itulah mereka belajar saudaraku, bunyi suara setoran hafalan al-quran mereka bergemuruh diantara bunyi-bunyi senapan tentara Israel? Ayat-ayat Jihad paling cepat mereka hafal, karena memang didepan mereka tafsirnya. Langsung Mereka rasakan.
Wahai Saudaraku di Indonesia,
Oh, iya, kami harus berterima kasih kepada kalian semua, melihat aksi solidaritas yang kalian perlihatkan kepada masyarakat dunia, kami menyaksikan demo-demo kalian disini. Subhanallah, kami sangat terhibur, karena kalian juga merasakan apa yang kami rasakan disini.
Memang banyak masyarakat dunia yang menangisi kami di sini, termasuk kalian di Indonesia. Namun, bukan tangisan kalian yang kami butuhkan saudaraku biarlah butiran air matamu adalah catatan bukti nanti di akhirat yang dicatat Allah sebagai bukti ukhuwah kalian kepada kami. Doa-doa kalian dan dana kalian telah kami rasakan manfaatnya.
Oh, iya hari semakin larut, sebentar lagi adalah giliran saya Untuk menjaga kantor, tugasku untuk menunggu jika ada telepon dan fax yang masuk Insya Allah, nanti saya ingin sambung dengan surat yang lain lagi Salam untuk semua pejuang-pejuang islam di Indonesia.
Akhhuka…..Abdullah ( Gaza City ..1430 H)
Kehancuran Israel Menurut Al-Qur'an dan Hadits
Muhammad misbakhuddin | 18.23 | palestine | 0 komentar
Oleh: Fauzan Al-Anshari
(Pimpinan Pesantren Tahfidz Al-Qur’an Anshorulloh Ciamis)
Kejahatan Yahudi
Tragedi Flotilla pekan lalu benar-benar menggetarkan hati manusia di seluruh dunia yang masih memiliki nurani kemanusiaan. Sehingga kutukan terhadap kebiadaban Israel terus mengalir dari berbagai belahan dunia. Tragedi itu menunjukkan dengan kasat mata, betapa kejahatan Israel tidak memandang agama, ras, dan nilai-nilai kemanusiaan. Pokoknya siapa saja yang menentang kebijakan Israel memblokade Gaza akan mereka serang dengan cara apa pun. Kejahatan semacam ini belum seberapa dibandingkan dengan kejahatan nenek moyang mereka terhadap para Nabi. Berikut ini sejumlah kejahatan Yahudi yang direkam oleh Al-Qur’an dan Hadits.
Allah Ta'ala berfirman:
وَقَضَيْنَا إِلَى بَنِي إِسْرَائِيلَ فِي الْكِتَابِ لَتُفْسِدُنَّ فِي الْأَرْضِ مَرَّتَيْنِ وَلَتَعْلُنَّ عُلُوًّا كَبِيرًا
"Dan telah Kami tetapkan bagi Israil dalam al-Kitab itu: “Sesungguhnya kamu akan membuat kerusakan di muka bumi dua kali dan pasti kamu akan menyombongkan diri dengan kesombongan yang besar”. (QS. Al-Isra: 4)
Kejahatan Yahudi disebabkan sifat dengki mereka:
وَدَّ كَثِيرٌ مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ لَوْ يَرُدُّونَكُمْ مِنْ بَعْدِ إِيمَانِكُمْ كُفَّارًا حَسَدًا مِنْ عِنْدِ أَنْفُسِهِمْ مِنْ بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُمُ الْحَقُّ
“Sebagian besar Ahli Kitab (Yahudi) menginginkan sekali agar mereka dapat mengembalikan kamu kepada kekafiran setelah kamu beriman, karena kedengkian yang timbul dari diri mereka sendiri setelah nyata bagi mereka kebenaran......". (QS. Al-Baqarah: 109)
Makar jahat mereka yang pertama terjadi pada zaman Nabi Ya’qub, moyang mereka. Mereka berkeinginan menyingkirkan saudaranya sendiri, Yusuf yang berakhlaq mulia sehingga mereka lebih dicintai bapaknya. (QS.Yusuf: 7-18). Kegemaran mereka membunuh para Nabi dan Rasul seperti membunuh Nabi Yahya secara kejam yaitu memenggal lehernya dan kepalanya diletakkan di nampan emas. Nabi Zakaria juga dibunuh secara keji, yaitu dengan digergaji tubuhnya. Kedua pembunuhan ini terjadi pada masa pemerintahan raja Herodes. Mereka juga gemar membunuh orang-orang sholeh lainnya.
إِنَّ الَّذِينَ يَكْفُرُونَ بِآَيَاتِ اللَّهِ وَيَقْتُلُونَ النَّبِيِّينَ بِغَيْرِ حَقٍّ وَيَقْتُلُونَ الَّذِينَ يَأْمُرُونَ بِالْقِسْطِ مِنَ النَّاسِ فَبَشِّرْهُمْ بِعَذَابٍ أَلِيمٍ
"Sesungguhnya orang-orang yang kafir kepada ayat-ayat Allah dan membunuh para Nabi tanpa alasan yang benar, dan membunuh orang-orang yang menyuruh manusia berbuat adil, maka gembirakanlah mereka dengan siksa yang pedih". (QS. Ali Imran: 21)
Yahudi telah membunuh para Nabi dan Rasul seperti membunuh Nabi Yahya secara kejam dengan memenggal lehernya dan kepalanya diletakkan di nampan emas. Nabi Zakaria juga dibunuh secara keji dengan digergaji tubuhnya.
Nabi Isa pun tidak luput dari rencana busuk mereka, akan tetapi Allah Subhanahu wa Ta'ala menyelamatkannya. “Dan karena ucapan mereka: Sesungguhnya kami telah membunuh al-Masih Isa ibnu Maryam Rasul Allah”. Padahal mereka tidak membunuhnya dan tidak pula menyalibnya, tetapi yang mereka bunuh dan salib itu ialah orang yang diserupakan dengan Isa bagi mereka (Yudas Iskaryot). Sesungguhnya orang yang berselisih paham tentang (pembunuhan Isa) benar-benar dalam keraguan tentang (yang dibunuh) itu, kecuali mengikuti persangkaan belaka, mereka tidak yakin bahwa yang mereka bunuh itu Isa”. (QS. An-Nisa’: 157).
Zu Nuwas adalah seorang raja Yahudi Najran di Yaman yang sangat fanatik, tidak ingin ada agama lain di daerah kekuasaannya. Alkisah ada sekelompok pengikut Nabi Isa yang setia (Nasrani), ketahuan oleh mata-mata kerajaan. Lalu mereka dipaksa murtad dan masuk Yahudi, siapa tidak mau akan dibakar hidup-hidup. Raja Zu Nuwas memerintahkan pasukannya untuk menggali parit dan menyiapkan kayu bakar, yang akan digunakan untuk membakar umat Nasrani yang tidak mau murtad. Kejadian ini dikisahkan di dalam Al-Qur’an: "Binasalah orang-orang yang membuat parit, yang berapi dinyalakan dengan kayu bakar, ketika mereka duduk di sekitarnya, sedang mereka menyaksikan apa yang mereka perbuat terhadap orang-orang beriman. Dan mereka tidak menyiksa orang-orang mukmin itu, melainkan karena orang-orang mukmin itu beriman kepada Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Terpuji". (QS. al-Buruj: 4-8)
Singkat cerita, kejahatan Yahudi pada masa Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam-pun tak kurang kejinya. Yahudi Bani Qainuqa' adalah Yahudi pertama yang mengingkari janjinya dengan Rasulullah, pemicunya adalah diganggunya seorang muslimah yang datang ke pasar mereka. Ia duduk di depan salah seorang pengrajin perhiasaan, mereka merayunya agar membuka cadar yang dipakainya namun ia menolak. Lalu si pengrajin menarik ujung baju si wanita dan mengikatkannya ke punggung wanita tadi, ketika berdiri terbukalah auratnya, lalu mereka menertawakannya. Sang wanita pun berteriak minta tolong. Seorang lelaki muslim mendengar lalu menerjang si pengrajin dan membunuhnya. Melihat kejadian itu orang-orang Yahudi mengerumuninya, dan beramai-ramai membunuh lelaki muslim tersebut. Mendengar berita kematian lelaki itu, maka keluarganya menuntut pertanggungjawaban orang-orang Yahudi. Maka Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam datang bersama para sahabat mengepung mereka selama 15 malam. Atas perintah beliau mereka diberi hukuman untuk meninggalkan Madinah.
Yahudi Bani Nadhir melakukan pengkhianatan yang kedua. Suatu saat Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam pergi ke perkampungan Yahudi bani Nadhir untuk meminta diyat (denda) dua orang muslim yang terbunuh dari Bani Amir, yang melakukan pembunuhan adalah Amr bin Umayyah Ad-Dhimari, seorang Yahudi. Permintaan itu diajukan karena sudah adanya ikatan perjanjian persahabatan antara Rasulullah dengan mereka. Ketika beliau datang mengutarakan maksud kedatangannya, mereka berkata: “Baik wahai Abu Qasim! kami akan membantumu dengan apa yang engkau inginkan.”
Pada saat Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam duduk bersandar di dinding rumah mereka, kemudian mereka saling berbisik, kata mereka: “Kalian tidak pernah mendapati lelaki itu dalam keadaan seperti sekarang ini, ini kesempatan buat kita. Karena itu hendaklah salah seorang dari kita naik ke atas rumah dan menjatuhkan batu karang ke arahnya”, dan untuk tugas ini diserahkan kepada Amr bin Jahsy bin Ka’ab. Lantas ia naik ke atas rumah guna melaksanakan rencana pembunuhan ini, tetapi Allah melindungi Rasul-Nya dari makar orang-orang Yahudi tersebut dengan mengirimkan berita lewat Malaikat Jibril tentang rencana jahat itu. Kemudian Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bergegas pulang ke Madinah, dan memberitahukan kepada para sahabatnya tentang usaha makar tersebut. Beliau memerintahkan para sahabatnya untuk bersiap-siap pergi memerangi mereka. Ketika orang Yahudi Bani Nadhir mengetahui kedatangan pasukan Rasulullah, mereka cepat pergi berlindung di balik benteng. Pasukan Islam mengepung perkampungan mereka selama 6 malam, beliau memerintahkan untuk menebang pohon kurma mereka dan membakarnya. Kemudian Allah memasukkan rasa gentar dan takut di hati mereka, sehingga mereka memohon izin kepada Rasulullah untuk keluar dari Madinah dan mengampuni nyawa mereka. Mereka juga meminta izin untuk membawa harta seberat yang mampu dipikul unta-unta mereka kecuali persenjataan, dan Rasulullah pun mengizinkannya.
Peristiwa ini direkam oleh Al-Qur’an:
هُوَ الَّذِي أَخْرَجَ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ مِنْ دِيَارِهِمْ لِأَوَّلِ الْحَشْرِ مَا ظَنَنْتُمْ أَنْ يَخْرُجُوا وَظَنُّوا أَنَّهُمْ مَانِعَتُهُمْ حُصُونُهُمْ مِنَ اللَّهِ فَأَتَاهُمُ اللَّهُ مِنْ حَيْثُ لَمْ يَحْتَسِبُوا وَقَذَفَ فِي قُلُوبِهِمُ الرُّعْبَ يُخْرِبُونَ بُيُوتَهُمْ بِأَيْدِيهِمْ وَأَيْدِي الْمُؤْمِنِينَ فَاعْتَبِرُوا يَا أُولِي الْأَبْصَارِ
"Dialah yag mengeluarkan orang-orang kafir di antara Ahli Kitab dari kampung-kampung mereka pada saat pengusiran kali yang pertama. Kamu tiada menyangka bahwa mereka akan keluar dan mereka pun yakin bahwa benteng-benteng mereka akan dapat mempertahankan mereka dari siksaan Allah, maka Allah mendatangkan kepada mereka hukuman dari arah yang mereka tidak sangka. Dan Allah menancapkan ketakutan di dalam hati mereka, dan memusnahkan rumah-rumah mereka dengan tangan mereka sendiri dan tangan orang-orang beriman. Maka ambillah kejadian itu untuk menjadi pelajaran wahai orang yang mempunyai pandangan". (QS. al-Hasyr: 2)
Yahudi Bani Quraizhah melakukan pengkhianatan yang ketiga. Mereka membentuk pasukan Koalisi (al-Ahzab), antara pasukan musyrik dan pasukan Yahudi. Suku Quraisy dipimpin Abu Sufyan ibnu Harb, suku Gathafan di bawah pimpinan Uyainah ibnu Hushn, suku bani Murrah di bawah pimpinan Harits ibnu Auf dan suku-suku yang lain, sementara pasukan Yahudi bani Quraizhah akan menusuk dari belakang. Peperangan Al-Ahzab itu betul-betul menyesakkan dada kaum muslimin yang terkepung, apalagi tingkah golongan munafik yang membuat goyah pasukan Islam. Berkat kesabaran kaum muslimin, maka Allah Subhanahu wa Ta'ala mengirim pasukan Malaikat dengan mendatangkan serangan berupa angin topan dan guntur yang memporak-porandakan pasukan koalisi. Mereka kocar-kacir, dan pulang ke tempat masing-masing dengan membawa kekalahan. Tinggallah Yahudi Bani Quraizhah, lalu Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam mengumumkan kepada pasukan Islam: “Bagi mereka yang mau mendengar dan taat agar jangan shalat ashar kecuali di perkampungan Bani Quraizhah.”
Kaum muslimin langsung bergerak menuju perkampungan Yahudi Bani Quraizah, dan mengepung mereka selama 25 malam. Orang-orang Yahudi tersebut benar-benar dicekam rasa ketakutan, lalu memohon kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam agar memberikan izin kepada mereka untuk keluar, sebagaimana yang beliau lakukan kepada Yahudi Bani Nadhir. Beliau menolak permohonan mereka, kecuali mereka keluar dan taat pada keputusan beliau. Kemudian Rasululah Shallallahu 'Alaihi Wasallam menyerahkan keputusan atas mereka kepada Sa’ad ibnu Mu’adz pemimpin suku Aus. Keputusan telah ditetapkan yaitu: laki-laki dewasa dieksekusi, harta dirampas, anak-anak dan wanita menjadi tawanan. Hukuman terhadap pengkhianatan Bani Quraizhah lebih berat dari pada Bani Qainuqa' dan Bani Nadzir, karena dampak dari pengkhianatan mereka hampir saja merontokkan moral kaum muslimin dan membahayakan nyawa mereka semua.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اذْكُرُوا نِعْمَةَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ إِذْ جَاءَتْكُمْ جُنُودٌ فَأَرْسَلْنَا عَلَيْهِمْ رِيحًا وَجُنُودًا لَمْ تَرَوْهَا وَكَانَ اللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرًا إِذْ جَاءُوكُمْ مِنْ فَوْقِكُمْ وَمِنْ أَسْفَلَ مِنْكُمْ وَإِذْ زَاغَتِ الْأَبْصَارُ وَبَلَغَتِ الْقُلُوبُ الْحَنَاجِرَ وَتَظُنُّونَ بِاللَّهِ الظُّنُونَا هُنَالِكَ ابْتُلِيَ الْمُؤْمِنُونَ وَزُلْزِلُوا زِلْزَالًا شَدِيدًا
"Hai orang-orang yang beriman ingatlah akan nikmat Allah kepadamu, ketika datang kepadamu tentara-tentara, lalu Kami kirimkan kepada mereka angin topan dan tentara yang tidak dapat kamu melihatnya. Dan adalah Allah Maha Melihat akan apa yang kamu kerjakan. Yaitu ketika datang (musuh) dari atas dari bawahmu, dan ketika tidak tetap lagi penglihatanmu dan hatimu naik menyesak sampai ke tenggorokan, dan kamu menyangka terhadap Allah dengan bermacam-macam purbasangka disitulah diuji orang-orang mukmin, dan digoncangkan hatinya dengan goncangan yang sangat". (QS. al-Ahzab: 9-11)
Kehancuran Yahudi
Secara global Al-Qur’an mengabarkan kehancuran Yahudi, seperti firman-Nya:
فَإِذَا جَاءَ وَعْدُ الْآَخِرَةِ لِيَسُوءُوا وُجُوهَكُمْ وَلِيَدْخُلُوا الْمَسْجِدَ كَمَا دَخَلُوهُ أَوَّلَ مَرَّةٍ وَلِيُتَبِّرُوا مَا عَلَوْا تَتْبِيرًا
"Dan apabila datang saat hukuman bagi (kejahatan Israel) yang kedua, (Kami datangkan orang-orang Islam di bawah pimpinan Imam Mahdi) untuk menyuramkan muka-muka kamu dan mereka masuk ke dalam Masjid (Al-Aqsha), sebagaimana musuh-musuhmu memasukinya pada kali pertama, dan untuk membinasakan sehabis-habisnya apa yang mereka kuasai”. (QS. Al-Isra’: 7)
Sejak 1948 Yahudi merampas tanah Palestina. Dan sejak 2006 sampai sekarang mereka memblokade Gaza. Sehingga sekitar 1,5 juta jiwa muslim terkurung rapat dari dunia luar. Berbagai upaya kemanusiaan untuk membantu mereka selalu digagalkan oleh Israel, termasuk misi kemanusiaan yang baru saja diserang pasukan komando Israel di perairan Gaza (Laut Mediterania). Tidak ada kekuatan di dunia ini yang mampu menghentikan kebiadaban Israel. Pengepungan dan pemenjaraan massal oleh penjajah Israel dengan pembangunan tembok pemisah dimulai 16 Juni 2002 di Tepi Barat dengan dalih pengamanan. Panjang tembok tersebut mencapai 721 km sepanjang Tepi Barat, tinggi 8 meter sehingga mengisolasi lahan pertanian milik penduduk Palestina yang ditanami berbagai buah, seperti anggur dan zaitun. Hal ini berakibat perekonomian Palestina terpuruk. Pengepungan ini sudah dinubuwatkan oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam:
"Hampir tiba masanya tidak dibolehkan masuk (embargo) kepada penduduk Iraq meski hanya satu qafiz makanan dan satu dirham," Kami bertanya dari mana larangan itu? Beliau menjawab: "Dari orang-orang asing yang melarangnya." Kemudian berkata lagi: "Hampir tiba masanya tidak diperbolehkan masuk (blokade) kepada penduduk Syam (Palestina) meski hanya satu dinar dan satu mud makanan." Kami bertanya: "Dari mana larangan itu? Beliau menjawab: Dari orang-orang Romawi." (HR. Muslim)
Siapa kekuatan yang mampu menghancurkan Israel? Pasukan Islam dari Khurasan (Afghanistan) dengan bendera-bendera hitam, . . (al-Hadits)
Siapa kekuatan yang mampu menghancurkan Israel? Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menjelaskan: “Akan muncul dari Khurasan (Afghanistan) bendera-bendera hitam, maka tidak ada seorang pun yang mampu mencegahnya, sehingga bendera-bendera itu ditancapkan di Eliya (al-Quds)“. (HR. Ahmad, Tirmidzi dan Nu’aim bin Hammad). Kehancuran Israel berarti kiamat telah dekat, sehingga banyak orang mempertahankan eksistensi Negara Israel tersebut, namun janji Allah dan Rasul-Nya pasti akan terlaksana:
“Tidak akan terjadi kiamat sehingga kaum muslimin memerangi bangsa Yahudi, sampai-sampai orang Yahudi berlindung di balik batu dan pohon, lalu batu dan pohon tadi akan berbicara; Wahai orang Islam, hai hamba Allah! di belakangku ada orang-orang Yahudi, kemarilah, bunuhlah dia, kecuali pohon Ghorqod, sebab ia itu sungguh pohonnya Yahudi”. (HR. Ahmad)
“Kalian akan memerangi orang-orang Yahudi sehingga seorang diantara mereka bersembunyi di balik batu. Maka batu itu berkata, “Wahai hamba Allah, inilah si Yahudi di belakangku, maka bunuhlah ia”. [HR. Al-Bukhoriy dalam Shohih-nya (2767), dan Muslim dalam Shahih-nya (2922)].
Al-Hafizh Ibnu Hajar berkata, “Dalam hadits ini terdapat tanda-tanda dekatnya hari kiamat, berupa berbicaranya benda-benda mati, pohon, dan batu. Lahiriahnya hadits ini (menunjukkan) bahwa benda-benda itu berbicara secara hakikat”.[Fathul Bari (6/610)]. Wallahu a’lam.
(PurWD/voa-islam.com)